Olh : Rivana Usginti,S.Si
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, Karena Sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menja- di musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari. Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa[1114]. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak kami teguhkan hati- nya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, Dan kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu Aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?". Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.(QS. Al-Qashash:7-13)
Indah sekali skenario Allah yang kita temukan ketika mentadaburi QS. Al Qasas : 7-13. Padahal itu baru sedikit saja dari skenario Allah yang sesungguhnya. Deretan ayat-ayat tersebut berbicara tentang pemenuhan janji Allah yang nyata dan pasti
Ini kisah tentang bayi mungil Musa yang terlahir di jaman kediktatoran Fir’aun dan Haman. Jaman penuh gejolak dimana demikian menggemparkn berita ramalan bahwa sipapun bayi dari klangan Bani Israil yang terlahir sebagai laki-laki harus dibunuh karena dikhawatirkan akan menghancurkan kekuasaan Fir’aun bila ia tumbuh besar nanti. Maka siapapun yang lahir sebagai lelaki, habislah di tangn kejam Firaun.
Tetapi siapa yang bisa mengingkari skenario Allah. Bila Allah telah menjamin keselamatan, tak akan ada yang mampu menghancurkannya meski dengan kekuatan setaraf Firaun. Begitulah yang meretas indah dalm hti Ibunda Musa ketika Allah mengilhamkan satu skenario baginya, bagi Musa, bagi tanah Mesir yang melegenda. Dengan keyakinan akan janji Allah untuk menjaga Musa dan mengembalikan buah hatinya itu kembali dalam dekapannya, maka iapun ridho menghanyutkan buah hatinya pada sungai Nil yang menglir tenang.
Bukan perkara mudah. Melepas buah hati yang masih merah berlayar sendirian tanpa teman. Pastinya lebih berat dari sekedar melepas seorang anak ke perantauan ketika ia telah dewasa. Tapi demikianlah keyakinan menjadi doa tulus dari Ibunda bagi Musa kecil yang merah. Doa yang teralir bersama cinta. Bukan cinta yang sederhana. Bukan semata cintaseorang ibu kepada anaknya. Tapi cinta yang lebih besar dari itu semua. Cinta yang membiarkan cinta Sang Maha Perkasa mencintai cintanya dengan caraNYA. Sekali lagi bukan perkara yang mudah kalau saja Ibunda Musa tidak memiliki bekal cinta yang luar bisa, menitipkan diri, cinta dan hatinya hanya kepada Allah semata.
Allah Maha Tahu betapa besar cinta kasih seorang ibu pada putranya. Tapi allah juga Maha Tahu bahwa cinta itu berada pada pusaran cinta yang sangat dahsyat, cinta kepada Allah yang mengalahkan cinta pada keluarga. Dan Allah pun Maha Mencintai, perpisahan itu hanya sesaat dalam skenarioNya. Bahkan dikembalikannya Musa pada dekapannya. Tapi tentu saja, cinta Ibunya Musa adalah cinta yang penuh syarat. Syarat yang membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan untuk menahan diri agar sebuah rahasia tentangidentitas Musa tetap terjaga utuh. Pengorbanan untuk tetap bungkam sembari meneguhkan keyakinan bahwa sekalipun Musa berada di tangan Firaun yang setiap saat bisa menghabisi nyawa Musa, tetapi ia sangat yakin bahwa Allah akan menjamin kehidupan Musa. Sekilas mungkin hanya rahasia kecil, tetapi keteguhan hati untuk menyimpannya memiliki nilai tersendiri bagi Allah. Dan keterjagaan rahasia itulah yang menentukan terwujudnya janji Allah. Maka Ibunda Musa pun memilih untuk menunaikan pengorbanannya.
Demikianlah Allah membuat skenario yang begitu sempurna. Mudah bagiNya memberi kehidupan dalam ancaman kematian. Di mana Musa terjamin kehidupannya justru di tangan pembunuh keji. Demikianlah bila Allah hendak menunjukkan kekuasaanNya. Betapa kekuasaan sekaliber Firaun pun tak mampu menggoyahNya. Demikianlah bila Allah berjanji, pasti pemenuhannya adalah nyata dan pasti. Hanya menunggu saatnya tiba. Tapi, tentu saja… butuh kekuatan cinta yang teramat besar, butuh pengorbanan yang utuh dan butuh keimanan yang tangguh, sebagaimana Ibunda Musa mewujudkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar