Mencoba memaknai hari-hari

Kamis, 31 Juli 2008

Ayah Jangan Marah

Ayah, pagi yang indah bukan?
Maka Ayah jangan marah pada hujan.
Karena setelah ini pasti ada pelangi.
Lihat aku, Ayah.
Tetap tersenyum menatap hujan...
lalu bermain di bawah rintiknya seperti dulu,
saat kecilku,
saat engkau ajarkan padaku agar kuat hadapi badai.
Agar tangguh diguyur deras.
Maka jangan menangis, Ayah.
Lihat aku, tetap melangkah menyapa hari.
Seperti katamu, kuatlah jalani hidup.
Hidup yang akan berarti bila berlapang hati.
Ayolah...
Ayah, aku rindu senyummu.
Jangan marah lagi pada hujan.
Bukankah hujan juga berkah?
Hanya saja kita sering lupa tuk menyadarinya.

Ayah... sebentar lagi Dhuha,
mari sama-sama kita lafazkan dzikir.
Lalu setelahnya kita tertawa penuh syukur
bahwa DIA masih menjaga kita hari ini.
Aku sayaaaaaaaaaaang sekali pada Ayah,
maka Ayah jangan marah.
Maafkan bila kugores luka pada hatimu berkali-kali,
tapi suatu saat Ayah akan melihat pelangi yang indah setelah hujan.
Ayah, jangan marah lagi.
Mari kita tuliskan kembali sejuta cita-cita indah untuk nanti,
yang akan membuat Ayah bangga.
Sudahlah, kita lupakan hujan deras tadi malam.
Ayah, jangan marah...
Bukankah sekarang hujan juga sudah reda?

Tidak ada komentar:

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?