Mencoba memaknai hari-hari

Rabu, 23 Januari 2008

Membuka Pintu Ar-Rayyan

Saudaraku…mari kita bentangkan maaf seluas hamparan rasa, kita lapangkan hati, kita lebarkan jiwa…tuk memulai satu keputusan besar bahwa kita kan menjejak pelataran surga-Nya, yang kan menguakkan pintu-pintu Ar-Rayyan. Ya, bagi perindunya, Ramadhan adalah sebuah bulan yang teramat dinanti. Kasih sayang-Nya tumpah ruah pada masa ini, menjadi butiran-butiran berharga lewat apa saja kebaikan yang kita lakukan di dalamnya.

Saudaraku…mengawali tulisan ini, kuhaturkan maafku untuk segenap keterbatasan yang ada padaku, yang memburai menjadi apa saja yang kau tak suka terlebih yang DIA tak suka. Yang barangkali pernah menggores hati, menyemai amarah atau membuatmu menghimpun air mata. Selanjutnya…kupastikan telah kuhapuskan semua khilafmu. Pada akhirnya…semuanya telah kusebut sebagai “cinta” yang hanya Allah muaranya. Aku meminta maaf padamu dan telah pula memaafkanmu karena aku mencintai-Nya melebihi apa saja, termasuk perasaanku sendiri..dan kuyakini semua itu adalah karena cinta-Nya yang tak pernah membiarkan hatiku berlumut dan hitam. Ya…kusimpulkan bahwa kita mulai mengarungi pelataran surga-Nya dengan hati yang bersih.

Saudaraku…adakah kerinduan yang mengukir cinta di hati kita tuk bersua dengan-Nya? Karena ada dua kebahagiaan dalam Ramadhan, yaitu saat berbuka dan saat bertemu dengan-Nya. Adakah pernah terusung penat kita dalam pengaduan hanya pada-Nya ? ataukah justru bermuara pada keluh kesah yang muncrat pada kata-kata kita menjadi ghibah dan fitnah?
Saudaraku… pernahkah kita sadari betapa besar kasih sayang-Nya? Mengalun…melantun…tanpa henti…tanpa jeda…menyemai syukur pada tiap denyut nadi…mengalahkan semua perih…kecewa…yang ‘manusiawi’ kadang bisa menghinggapi kita manusia.

Saudaraku…pernahkah kita coba tuk sediakan sepertiga malam bersama-Nya? Mengakui seluruh kekhilafan diri dengan kerendahan yang mengakui ke-Maha Tinggi-an Sang Maha Suci ? Meminta pada-Nya “penjagaan” yang utuh sepanjang usia, meminta pada-Nya kelapangan hati yang tak berbatas. Meminta pada-Nya mengaruniakan ketentraman…hingga teraihlah keikhlasan…menjalani hidup ini dengan apa pun keinginan-Nya, sebagai puncak dari segalanya. Ya…ketika hanya ada “ALLAH” saja di hati. Mengalahkan semua ambisi. Hingga wajarlah rasulullah menikmati keindahan bersama-Nya sampai tak terasa bengkak kakinya karena sujudnya yang lama. Hingga wajarlah sahabat tak merasakan anak panah menusuk diri saat merasakan kenikmatan bersama-Nya dalam kekhusukan sholat.

Saudaraku…pernahkah kita buka lebar hati kita. Membaca isi tiap ruangnya, menepis percik noda agar tersingkir habis lalu menggantinya dengan cinta dan harapan untuk-Nya saja. MembiarkanNya selalu ada, bersama dan mengiringi setiap langkah. Tak ada yang berat saudaraku…Fitnah, amarah, luka, caci maki dan semua ketidaknyamanan tak kan berarti apa-apa. Ketika kita telah merelakan diri dan hati kita menjadi milik-Nya. Selanjutnya…kita ridho dengan kehendak-Nya. InsyaAllah kan terasa ringan menyikapi persoalan-persoalan hidup, lapang menghadapi kesempitan, tenang menghadapi rintangan dan tantangan…seperti kata para salafusalih “ Sungguh ajaib urusan orang mukmin itu, jika ditimpa kebahagiaan ia bersyukur dan jika ditimpa kesulitan ia bersabar.”

Saudaraku…hidup ini bukan tujuan. Hidup ini hanya “jalan yang mesti kita lalui. Jalan itu membentang dan diisi dengan aneka ujian dan cobaan” Mampukah kita bertahan untuk terus berada di atas jalanNya dengan segenap resiko dan apa pun yang kita alami, penuh kerelaan, penuh keridhoan, penuh kesabaran…tak berbatas. Tanpa peduli di mana pun, kapan pun dan bersama siapa pun, kita kan senantiasa setia…teguh…untuk terus berjalan bahkan berlari menuju-Nya.
Dan satu bulan Ramadhan yang di dalamnya penuh rahmat, berkah dan maghfirah akan kita jejak. Kuyakin butiran-butiran cinta-Nya yang menjadi apa saja yang selalu penuh ibrah di dalamnya kan kita usung, kita kantungi. Sediakanlah karung hati yang luas agar dapat kita yakinkan bahwa tak satu pun terlepas. Sediakanlah halaman tarbiyah yang bersih dan luas lalu kita suburkan dengan ilmu yang berkah agar bunga-bunga yang kita semai bermekaran dan indah…seperti taman-taman surga; di mana di dalamnya kita saling membagi dan menerima, saling mengingatkan dan menguatkan, saling menginginkan yang terbaik bagi saudara, saling mendahulukan kepentingan orang lain, dan senantiasa mempersembahkan yang terbaik untuk-Nya lewat amalan yang niatnya terjaga mulai dari awal, selama perjalanan hingga terwujudlah tujuan setiap niatan itu dengan sempurna.

Bangunlah istana ibadah megah di setiap detiknya, lewat percikan air wudhu yang bening, DENGAN TAKBIR YANG SYAHDU, SUJUD YANG KHUSYU’ lalu kita sempurnakan dengan pertemuan indah dengan-Nya di setiap sepertiga malam. Kita agungkan nama-Nya disetiap denyut nadi, kita puji kebesaran-Nya dalam setiap nafas, kita bersihkan riak-riak rasa dalam butiran air mata menjadi ombak yang mengalun indah menepis buih-buihnya…hingga tak kan ada gelombang yang membuat biduk kita luluh lantak, tetapi seperti Nuh, mampu teguhkan bahtera karena ketergantungan yang utuh hanya pada-Nya.

Kita bangun anak-anak tangga menuju istana perak di jannah-Nya lewat tiap keping infaq dan kasih sayang bagi sesama. Lewat senyum dan lantunan doa. Doa yang paling baik adalah doa yang tak diketahui saudaranya.

Kita kumpulkan buah-buahan surga lewat lapar dan dahaga, juga letih dan llelah yang mengucurkan keringat pada lalu lalang kita yang berisi hikmah dan manfaat di bumi-Nya. Yang tak mengusik semut-semut kecil di tanah hitam, atau di lliang-liang, tidak pula menggemparkan sekumpulan lebah yang sedang mengumpulkan madu di sarang, tidak pula membangunkan singa yang tertidur kelaparan.

Kita ukir kunci-kunci Ar-Rayan lewat kesabaran kita menuntaskan hari-hari yang penuh dinamika, uji dan coba. Kita bentangkan maaf dan pengertian untuk tiap llara yang tertukik lewat kata…barangkali mereka tak sengaja. Kita tebas fitnah dengan ketenangan sembari menyandarkan jiwa pada-Nya. Maka biarlah Allah saja yang melembutkan hati-hati yang kaku, membuka pintu-pintu yang terkatup juga membuka celah pada cadas bebatuan di kerasnya keangkuhan pada sebagaian kita. Seperti Umar yang bersimbah air mata menyadari khilafnya.
Dan…di sinilah kita hari ini. Di dekat Ar-Rayyan…surga yang disediakan Allah bagi mereka yang bepuasa. Tak terlalu jauh jaraknya…tinggal kesungguhan kita mengetuk pintunya, mencari kuncinya, menapaki pelatarannya dan membukanya perlahan. Menatap cahayanya yang menyilaukan… di mana di dalamnya kan kita dapati sebuah keindahan yang tak terperi, tak terbayangkan…tak tergambarkan. Sementara di belakang kita atau mungkin di bawah kaki kita ada neraka yang teramat panas, suaranya memekakkan telinga dan hanya kengerian tak terkatakan yang ada di dalamnya… akan kemana kita melangkah ??? sepasukan malaikatnya berjajar… menyaksikan kita. Dan DIAlah ALLAH di tempatnya yang Maha Tinggi. Di arsynya yang agung menanti kita. (Rieve)

Tidak ada komentar:

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?