PENA RIVANA

Mencoba memaknai hari-hari

Rabu, 22 September 2010

Teruntuk Bidadari Mungilku di Surga

Kadang hujan tak selalu turun deras

Kadang hanya gerimis

Kadang hanya rintik

Bahkan kadang pula hanya gumpalan mendung

Tapi kadang juga turun tanpa pertanda

Tapi langit selalu setia menawarkan angin untuk menghapusnya

dan mengirim cahaya di sela-selanya.

Maka jika kurindu 'afra'

kutulis cinta pada lukisan awan

dan membiarkan cinta menoreh surga

di sana

Jumat, 09 Oktober 2009

Dan Bersabarlah,

Perjalanan ini, terasa sangat melelahkan, demikian sepotong syair Ebiet.G.Ade. Tapi buatku, seperti biasa perjalanan ini tetap harus dilalui. Menjadi rutinitas harian ketika harus bangun sebelum subuh, lalu berkejaran dengan jarum jam dinding di dapur untuk menyiapkan sarapan (sekaligus makan siang), beres-beres rumah, menyiapkan pakaian, mandi dan kemudian bergegas untuk segera berangkat mengajar tepat pukul 06.30.

Empat belas kilometer dari rumah ke sekolah mungkin bukan hal yang berat jika jalan yang ditempuh adalah jalan tol bebas hambatan yang lurus mulus. Tapi jika jalanan itu adalah jalan desa penuh kerikil dan lubang di sepanjang jalur, maka empat belas kilometer adalah empat puluh lima menit yang menyakitkan, apalagi dalam tiga bulan pertama buat ibu hamil sepertiku. Dua puluh empat jam mengajar di sekolah dalam sepekan benar-benar menjadi beban sebab hanya akulah satu-satunya guru IPA di sekolah. maka jika aku libur, siapa yang akan menggantikan? Barangkali sekarang adalah pilihan yang langka untuk memilih menjadi guru di tempat yang tanggung seperti sekolahku. Hampir-hampir aku tidak sanggup melaluinya. Tapi, bertimbun kemudian kesyukuranku sebab segalanya dipermudah. Thanks GOD. Ada saja jalan untuk menjadikannya terasa mudah meski juga selalu ada saja komentator-komentator yang membuat pedas telinga, entah itu datang dari rekan-rekan sejawat, entah dari tetangga, bahkan juga dari saudara. Tapi kurasa lebih baik menyikapinya dengan biasa. Mendengarkan yang tidak perlu, kemudian membuangnya ke tong sampah. Mendengarkan yang baik kemudian menyimpannya sebagai pesan yang berharga. Asalkan tidak membuat mereka merasa tak berharga. Seringkali kita membutuhkan waktu untuk membuktikan dan bukan sekedar menanggapi dengan kata-kata, sebab lebih banyak penonton yang pandai berkomentar ketimbang pemain yang berusaha memenangkan sebuah perlombaan. Maka wajarlah bila lebih banyak orang tanpa sadar memilih menjadi komentator.

Senin, 27 April 2009

jika boleh kubertanya

Kenapa tak kau biarkan dulu aku berjalan
menapakkan kaki biar jalanan ini kulalui
hingga sampai padamu tak cuma sendiri

kenapa tak kau biarkan dulu aku bicara
menyampaikan bahasaku dalam bahasanya
hingga sampai padamu tak cuma sendiri

kenapa tak kau tanyai dulu aku
kenapa kuambil sejenak genggamku darimu
hingga bisa kubuktikan aku sampai padamu tak sendiri

kenapa tak kau lihat hatiku
masih mekar perjuangan tengah semarak
masih bersimbah peluh harapan

kenapa masih kau lumuri keringatku dengan luka
bait kata-kata yang menghembus prasangka
jika boleh kubertanya...

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?