Mencoba memaknai hari-hari

Jumat, 06 Juni 2008

Be The Winner

(Sebuah Ulasan untuk FoPMII : Forum Pelajar dan Mahasiswa Islam Indragiri Hilir)
Ada yang menarik ketika kita memperhatikan sebuah bola yang menggelinding. Jika FoPMII diibaratkan seperti bola yang dapat bergerak menggelinding, syarat agar bisa menggelinding adalah adanya permukaan yang kasar. Jika permukaan licin, bola akan selip atau tidak bisa menggelinding. Permukaan yang kasar itu diibaratkan seperti tantangan yang harus dipecahkan. Kita bekerja karena di depan kita banyak tantangan. Jika tidak ada tantangan, maka kita tidak bisa bekerja (baca : berdakwah).
Dan terbacalah tantangan itu di hadapan kita kini, di mana beribu orang terutama pelajar dan mahasiswa adalah ladang dakwah yang belum sepenuhnya digarap. Begitu banyak informasi yang belum tersampaikan, begitu banyak potensi yang masih mandul, begitu banyak waktu yang masih tersia-sia dan begitu banyak peluang yang terabaikan. Harapan bersama kita, setiap lini kehidupan berjalan sesuai dengan nilai ilahiyyah. Maka tidak ada jalan lain; kita memang harus menyentuhnya. FoPMII sebagai salah satu wajihah dakwah di Indragiri Hilir memiliki peran besar. Peran besar itu sendiri mesti tercelup dalam pengelolaan yang ihsan. Tidak semata diberi nama lalu dilupakan, tapi digarap dan digarap. Penataan, perbaikan, pergeralkan merupakan perputaran yang tidak ada henti dalam dinamika sebuah organisasi semisal FoPMII. Energinya harus dihidupkan terus menerus dan diperbanyak lapisannya agar tetap kokoh.
Mari sejenak kita beranalogi lagi. Dari olahraga kita tahu, jalan kaki membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan lari perlahan. Tentunya lari sprint membutuhkan energi yang paling besar. Jika ada lomba maraton, tentunya awalnya pelari maraton biasanya berlari perlahan-lahan tetapi konstan, semakin lama semakin cepat, dan menjelang finish akan lari sprint. Tidak ada ceritanya, pelari maraton hanya berjalan kaki saja (agar tenaganya hemat), atau sejak start langsung sprint. Dakwah menuju sasaran besarnya tidak lain merupakan lari maraton. Karena itu sejak awal harus mengirit nafas agar bisa sampai finish. Ust Fathi Yakan mengatakan "Siyasatun nafsi ath-thawil" atau siasat nafas panjang. Finish dakwah kita tidak berhenti pada angka tahunan tertentu. Umur dakwah tidak bisa disamakan dengan umur manusia. Karena itu orang-orang yang tidak sabar untuk lari sprint misalnya segera memproklamirkan syariat islam secara prematur akan lebih dulu tumbang. Padahal kaidah mengatakan "likulli marhalatin thabi'atuha", setiap fase ada tabiatnya. Maka kesabaran merupakan tabiat dakwah ini dalam melalui semua rintangannya, untuk tidak berhenti dan terhenti.
Memahami bahwa yang kita bawa bukanlah persoalan sepele melainkan membawa misi besar untuk menegakkan kalimatullah di muka bumi menghendaki kita untuk berperan sepenuh jiwa dan raga. Peran itulah yang kemudian kita sebut sebagai kepahaman, keikhlasan, amal, jihad, pengorbanan, ketaatan, keteguhan, kejernihan pemikiran, persaudaran dan kepercayaan. Tanpa pilar-pilar itu perjalanan kita menjadi perjalanan yang timpang bahkan kandas. Dan mereka yang tidak memiliki pilar-pilar tersebut akan berguguran dengan sendirinya.
Kita tentu menghendaki sayap-sayap dakwah kita semakin melebar dan kokoh. Karenanya semestinya kita sadar akan peta pertarungan yang sedang berlangsung. Inilah pertarungan abadi. Pertarungan yang melahirkan pertarungan. Sistem ideologi melahirkan kebiasaan lalu karakter. Bertarung pada sistemnya, bertarung pada karakternya. Maka hanya kualitas pemahaman yang lahir dari proses pembinaan yang matang yang akan menang. Banyak orang yang kalah oleh jabatan, kekayaan dan kefanaan yang menipu. Tetapi selama ini pembinaan selalu membuktikan diri mampu menjadi benteng kesadaran untuk bertahan. Selalu menjadi sumber semangat yang tidak pernah melemah. Maka kita perlu khawatir pada komitmen dan kesadaran kita dalam pembinaan diri dan tarbiyah, karena dari sanalah sumber pemahaman yang melahirkan kekuatan iman dan pengetahuan, melahirkan keberanian dan semangat untuk berkorban yang dengannya kita menghadapi pertarungan jaman.
Asy-Syahid Sayyid Qutb mengatakan bahwa seiring bertambahnya zaman dan manusia pada setiap waktu, hanya ada satu sistem, satu jalan yang sukses yaitu sistem yang menggambarkan rambu-rambunya dalam surat Al-Ashr. Semua sistem itu akan hancur, lenyap dan musnah. Demi masa. Sesungguhnya manusia ada dalam kerugian kecuali orang yang beriman dan beramal shalih dan saling menasihati dalam kesabaran dan yang hak. Sistem itulah yang dihasilkan dan diperjuangkan oleh pembinan yang berkesinambungan.
Begitulah pembinaan melahirkan karakter pemenang. Dan setiap pemenang biasanya akan menjadi trend setter yang gayanya diikuti oleh banyak kalangan. Makanya, dakwah adalah keniscayaan yang keren banget. Betapa tidak, menjadi pemenang di hadapan Allah, Rasulullah dan orang-orang beriman. Apalagi yang lebih keren dari itu? Dan setelahnya kita bisa berkata dengan bangga, “I am the winner” Saat ditanya bagaimana bisa? Kita menjawab “Saya ngaji, gitu lhoh!!!”. (Rieve)

Kamis, 05 Juni 2008

PERKENANKAN AKU MENCINTAIMU SEMAMPUKU

Tuhanku, Aku masih ingat, saat pertama dulu aku belajar mencintaiMu… Lembar demi lembar kitab kupelajari… Untai demi untai kata para ustadz kuresapi… Tentang cinta para nabi Tentang kasih para sahabat Tentang mahabbah para sufi Tentang kerinduan para syuhada
Lalu kutanam di jiwa dalam-dalam Kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…
Tapi Rabbii, Berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan kemudian tahun berlalu… Aku berusaha mencintaiMu dengan cinta yang paling utama, tapi… Aku masih juga tak menemukan cinta tertinggi untukMu… Aku makin merasakan gelisahku membadai… Dalam cita yang mengawang Sedang kakiku mengambang, tiada menjejak bumi… Hingga aku terhempas dalam jurang Dan kegelapan…
Wahai Ilahi, Kemudian berbilang detik, menit, jam, hari, pekan, bulan dan tahun berlalu… Aku mencoba merangkak, menggapai permukaan bumi dan menegakkan jiwaku kembali Menatap, memohon dan menghibaMu: Allahu Rahiim, Ilaahi Rabbii, Perkenankanlah aku mencintaiMu, Semampuku Allahu Rahmaan, Ilaahi Rabii Perkenankanlah aku mencintaiMu Sebisaku Dengan segala kelemahanku
Ilaahi, Aku tak sanggup mencintaiMu Dengan kesabaran menanggung derita Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al musthafa Karena itu izinkan aku mencintaiMu Melalui keluh kesah pengaduanku padaMu Atas derita batin dan jasadku Atas sakit dan ketakutanku
Rabbii, Aku tak sanggup mencintaiMu seperti Abu bakar, yang menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya meninggalkan Engkau dan RasulMu bagi diri dan keluarga. Atau layaknya Umar yang menyerahkan separo harta demi jihad. Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda untuk syiarkan dienMu. Izinkan aku mencintaiMu, melalui seratus-dua ratus perak yang terulur pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan, pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di pojok-pojok jembatan. Pada makanan–makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.
Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia.
Robbii, aku tak dapat beribadah ala para sufi dan rahib, yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta denganMu. Maka izinkanlah aku untuk mencintaimu dalam satu-dua rekaat lailku. Dalam satu dua sunnah nafilahMu. Dalam desah napas kepasrahan tidurku.
Yaa, Maha Rahmaan, Aku tak sanggup mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah, yang menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam. Perkenankanlah aku mencintaiMu, melalui selembar dua lembar tilawah harianku. Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku.
Yaa Rahiim Aku tak sanggup mencintaiMu semisal Sumayyah, yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya DienMu. Seandai para syuhada, yang menjual dirinya dalam jihadnya bagiMu. Maka perkenankanlah aku mencintaiMu dengan mempersembahkan sedikit bakti dan pengorbanan untuk dakwahMu. Maka izinkanlah aku mencintaiMu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.
Allahu Kariim, aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya, bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putra dan zaujahnya, dan patuh mengorbankan pemuda biji matanya. Maka izinkanlah aku mencintaiMu di dalam segalanya. Izinkan aku mencintaiMu dengan mencintai keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai manusia dan alam semesta.
Allaahu Rahmaanurrahiim, Ilaahi Rabbii Perkenankanlah aku mencintaiMu semampuku. Agar cinta itu mengalun dalam jiwa. Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku.

PadaMU kutitipkan


Menakar kerinduan pekat
Hujan pun buncah dalam pengaduan
Diusung keranda waktu,
Terdekap erat pada kokoh sandaran-Mu
Pada Engkau saja aku titipkan seluruh damba

Menelisir masa, jejak yang terlewat
Luka pun layu dalam kudus cintaMu
Tangguh teralun
Teralir deras pada bening kasih-Mu
Pada Engkau saja aku sandarkan seluruh penat

Menangkup doa, pada malam-malam ganjil
Setia kulafazkan pada bait-bait pinta
Tak mesti bersama
Tak mesti bernama
Hanya ruang yang selalu tersisa
Semoga tak pernah ada akhir dari harapan
Hingga kata-kata pun barangkali tak lagi bersuara

PadaMu kutitipkan,
Beting hatiku yang menyangga kata-kata
Cukuplah bahagia saat ketersendatan ternyata
Menawarkan kesabaran, kesetiaan dan cinta
Pada seluruh sisa
Yang tak siapa pun punya.
Semoga...saat itu ada
Aku percaya

BILA LELAH MENYAPA

DIA telah memberikan segalanya untukmu. dan segalanya sempat engkau nikmati meski terkadang keletihan membuat hatimu penuh warna.
Bila sendiri sementara kelelahan mengusik menyapa sejengkal langkah yang terayun, begitu mudah menjadi rapuh.
Bila letih datang, dan sebuah bintang menembus hatimu... kau tersenyum.
Entah pernah atau malah lupa untuk bersyukur.
Entah pernah atau malah lupa bahwa tidak semua kebahagiaan adalah hadiah.
Berkali kau terjatuh, memar dan luka mestinya mengingatkanmu akan kesilafan saat akan melangkah. Maka petiklah sejuta hikmah akan semua kesalahan. DIA telah memberikan segalanya untukmu, dalam perih ataupun bahagia. Dan segalanya sempat engkau nikmati meski terkadang keletihan membuat engkau tersedu. DIA mengajarkan keikhlasan dan sabar pada derai kepenatan dan sapa-sapa ilalang. Ada yang jatuh terjerembab lalu rata dengan tanah, ada yang menyisakan puing-puing dan deru kebisingan. Saat lelah, saat diam dan menanti... sesungguhnya engkau tak pernah sendiri sebab ALLAH selalu di sisi. Subhanallah...DIA menyaksikan setiap gerak meski terselubung di dalam sel-sel tubuh yang tertutup kulit. DIA mendengar setiap ucap meski terpendam di dalam sel-sel hati. DIA mengetahui setiap niat, meski terselubung dalam sel-sel syaraf. Maka luruskanlah niat semata-mata karenaNYA dan beristigfar untuk butir-butir keinginan yang semestinya tak ada.

My Cat

Ting!!!

Kucing Hidungbelang


Fathan and Fathiya

Pengantinku-chink!!


jangan difoto dulu, belum mandi...malu!!



I am so nice



King of the cat

















Selasa, 03 Juni 2008

FROM MY WINDOWS




Weiss...kerennya


Cuaca cerah di waktu Dhuha







Senin, 02 Juni 2008

Belajar Menghargai Sejarah dan Budaya Lokal Lewat Festival Malang Kembali (FMK)

Author: Ahmad Makki. 26 May 2008 : 12:38 pm.
Sekolah-Menulis Jarak Jauh Cara menerbitkan buku >>

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai akan sejarahnya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang masih mau mengenang jasa-jasa para pahlawannya. Bangsa yang berperadaban adalah bangsa yang senantiasa melestarikan budayanya. Setidaknya dari tiga makna filosofi ungkapan itulah mungkin yang turut andil memberikan semangat dan motivasi serta dorongan besar bagi pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat Kota Malang dan Malang Raya untuk menggelar kegiatan tahunan dalam bingkai Festival Malang Kembali (FMK) yang dikenal juga dengan kegiatan Malang Tempo Doeloe.
Sebuah kegiatan yang jarang diadakan atau bahkan tidak pernah ada di daerah-daerah lain kecuali sementara ini hanya dapat ditemukan di Kota Bunga sekaligus Kota Pendidikan Internasional ini. Acara yang mengemas secara apik dan menarik potret tempo doeloe dengan berbagai budaya bangsa dan rakyat Indonesia, khususnya yang berada di Malang Raya. Menghadirkan kembali ikon budaya lokal dan bangsa Indonesia secara umum tentunya yang kini tengah dirongrong oleh perkembangan zaman yang begitu cepat dari waktu ke waktu.
Sebuah bentuk kegiatan pentas besar yang dirangkai sebagai suatu pesta massal masyarakat Kota Malang khususnya dan Malang Raya pada umumnya. Menjadikan setiap bulan Mei sebagai waktu pelaksanaan festival tahunan ini digelar. Acara tahunan yang diprakarsai oleh pemerintah Kota Malang untuk yang ketiga kalinya sejak pertama kali diselenggatakan pada tahun 2006 lalu. Pada tahun ini, FMK baru saja usai. Tepatnya sejak Kamis, 22 Mei 2008 dan berakhir hingga Minggu, 25 Mei 2008. Sebagaimana biasanya, acara ini digelar di sepanjang seantero jalan raya Besar Ijen. Dimulai sejak pukul 08.00 hingga 24.00 wib.
Tajuk yang diangkat pada tahun ini pun sangat tepat. Adalah “sedjoeta tradisi - satoe aksi”. Hal ini tentu sedikit banyak mungkin dikaitkan dengan gema refleksi dan renungan 100 tahun Kebangkitan Nasional. Dengan mencoba untuk memberikan semangat baru kepada seluruh rakyat Malang Raya dan seluruh rakyat Indonesia yang tengah mengenang satu abad Kebangkitan Nasional yang ditandai dengan berdiri organisasi “Boedi Oetomo” pada 20 Mei 1908 silam.
Pesta tahunan rakyat ini tentu melibatkan seluruh elemen lapisan masyarakat. Mulai dari yang berada di jajaran birokrasi pemerintah, pengusaha menengah ke atas, pedangan kaki lima hingga masyarakat kecil pun tak lepas ikut meramaikan kegiatan ini pula termasuk mereka para perjuang veteran yang pernah turut andil menghantarkan bangsa ini kepada pintu gerbang kemerdekaan.
Dengan menyuguhkan panggung rakyat seperti wayang topeng, ketoprak, ludruk hingga keroncongan. Dihipnotis pula para pengunjungnya dengan dipamerkannya benda-benda purbakala. Termasuk diramaikan dengan adanya pasar rakyat yang di dalamnya menjual kuliner-kuliner kuno, jajanan lama, barang antik hingga pengobatan gratis termasuk pameran artefak-artefak di masa kerajaan kuno. Tentu masih banyak ragam aktivitas dan aksesoris lain yang dapat ditemukan pula selama festival ini berlangsung. Selain sebagai sebuah bentuk tujuan wisata jadi-jadian, kegiatan ini jauh lebih menarik dan sangat bermanfaat karena mampu menghadirkan nuansa masa lalu bangsa ini.
Walaupun memang terkesan glamor dengan sedikit hura-hura di tengah kesengsaraan rakyat kecil saat ini, akan tetapi kegiatan FMK tersebut telah banyak mengundang perhatian masyarakat tidak hanya di daerah Malang Raya namun juga di seluruh pelosok tanah air bahkan tidak sedikit para wisatawan asing menyempatkan diri untuk menghadiri festival ini. Tak heran kerumunan semut manusia seakan-akan tumpah ruah di sepanjang jalan raya Ijen ketika kegiatan ini berlangsung. Panitia sendiri mentaksi pengujung mencapai puluhan ribu orang.
Kegiatan semacam ini harus terus digelar atau bila perlu diikuti oleh daerah-daerah lain. Karena itu telah dapat mengaktualiskan kembali potret kehidupan dan budaya nenek moyang kita baik dalam skala lokal maupun nasional. Dengan begitu dapat membangkitkan kembali semangat generasi bangsa saat ini. Menumbuhkan inspirasi nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara bagi setiap pengunjungnya. Menanamkan rasa senasib dan seperjuangan sesama rakyat Indonesia. Sikap kebersamaan dan gotong royong sebagai bagian dari budaya masyarakat Indonesia yang kini kian luntur oleh arus globalisasi.
Tidak salah jika kemudian lewat festival ini, masyarakat diharapkan merenungi kembali untuk mau dan harus mencoba belajar menghargai sejarah dan budaya lokal bangsa. Mempertahankan budaya nenek moyang bangsa yang terus terkikis habis oleh budaya hedonis dan pragmatis seperti sekarang ini. Ajakan dari panitia sendiri kepada seluruh pengunjung untuk menghormati budaya sendiri dengan memakai pakaian tradisional ketika berkunjung patut diacungi jempol dan mendapat diapresiasi. Sebagai salah satu wujud nyata bahwa identitas bangsa ini masih tertanam dalam setiap jiwa sanubari rakyatnya. Semoga!
*) Ahmad Makki Hasan, S.Hum.Alumnus Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Malang, kini sebagai Guru SMA Negeri 1 Kota Malang dan Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Malang.

Do You Think Outside The Box?

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?