Mencoba memaknai hari-hari

Sabtu, 02 Agustus 2008

Dia-lah Allah! Tempatmu Bergantung!

Saudaraku,
Saat gusarnya hati melanda, terasa sulitnya jalan keluar terbuka, seolah tak terasa satupun keteduhan di mata, siapakah yang kita cari dan pinta? Saat semua wajah bermuram durja, kehangatan persaudaraan terasa hampa, kebencian di hati senantiasa membahana, siapakah yang berkuasa membalik duka?
Saudaraku,
Dialah Allah SWT!
Tuhan Yang Maha Pemurah, yang kasih-Nya tiada terbatas terhadap seluruh makhluk-Nya.
Dia-lah Allah SWT!
Yang Rahmat-Nya senantiasa mendahului murka-Nya.
Dia-lah Allah SWT!
Tuhan Yang Maha indah dengan segala keindahan-Nya, yang mengutus seorang teladan terbaik bagi dunia, Rasulullah Muhammad SAW, yang keagungan akhlak beliau disebutkan sendiri oleh Allah SWT. Tiada Dia mengutus beliau selain sebagai Rahmat untuk semesta alam, yang rasa sayangnya terhadap umatnya tiada terhingga, yang pengorbanan kita dan beliau tak akan pernah mampu diukur rata.
Sesungguhnya Dia-lah Allah SWT!
Yang senantiasa rindu untuk mendengar pinta hamba-hamba-Nya…
***
Ya Allah,
Tuhan yang mengutus Baginda Rasulullah terkasihPalingkanlah selalu hati kami hanya kepada Engkau dan Rasul-MuJanganlah biarkan kebencian merasuk di hati kamiMeski terbersit sekedar sekejap waktu
Ya Allah,
Tuhan Yang Maha Memelihara setiap insanBetapa kami lupa untuk selalu melihat ke dalam diriSemut di seberang begitu terang dalam pandanganSedangkan gajah di pelupuk mata sedikitpun tak teramati
Ya Allah,
Terlalu lama kami lupa ‘tuk kembaliSelalu terbuai dengan nikmatnya egoisme diriPadahal kubur kami senantiasa menantiseolah kematian berada digenggaman kami
Ya Allah,
Tuhan Yang berkuasa menyelamatkan nabi Yunus dari gelapnya perut ikanTuhan yang berkuasa mendinginkan api yang membakar Sayyidina Ibrahim ‘alaihissalamKeluarkan kami dari kehinaan memperturutkan hawa nafsuKeluarkan kami dari cinta dunia yang mencegah kami menggapai taatSelamatkan kami dari derasnya arus kebencian para pendengkiHujani kami dengan butiran hidayah dan Rahmat dari-Mu
Ya Allah Ya Salaam, tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zhalim…
***

Akhir Perjalanan

Saudaraku,
Sesungguhnya pergiliran itu akan terus berlaku. Sesungguhnya gerakan kehidupan ini akan sampai pada titik akhirnya. Apapun yang bernama makhluk bernyawa di dunia ini, pasti akan segera kembali kepada pemilik sejatinya.
Saudaraku,
Tidak sadarkah kita, bahwa ada satu hal yang begitu dekat dengan diri kita? Tidak sadarkah kita, bahwa sesungguhnya satu hal ini akan segera mendatangi kita? Benar. Dialah kematian. sesuatu yang dekat dan pasti akan menghampiri setiap makhluk bernyawa di permukaan bumi ini. Siapapun tidak akan mengetahui kapan dirinya akan dihampiri olehnya. dan siapapun tak akan sanggup untuk menangguhkan kehadirannya ketika ketetapan itu benar-benar telah sampai pada setiap jiwa.Saudaraku,
Tidak ada alasan bagi kita untuk menghindarinya. Tidak saudaraku! Tidak ada tempat bagi kita untuk bersembunyi dan mencoba lari darinya meskipun mencoba masuk ke dalam lubang semut yang kecil dan dalam sekalipun. Saat akhirnya giliran itu tiba, maka terputuslah setiap kelezatan yang selama ini pernah kita rasakan. Semua organ tubuh kita yang ada akan berhenti bekerja. Tak akan ada lagi mata yang dahulu mampu melihat. Tak akan ada lagi bibir yang dahulu fasih berucap. Tak ada lagi telinga yang dahulu mampu mendengar, dan tak satu kelebihan pun yang dahulu pernah kita banggakan akan terlihat pada saat itu. Yang tampak kini hanyalah sesosok jasad yang pucat, dingin dan terbaring kaku, di tengah tangisan keluarga tercinta yang pernah bersamanya. Kini, tak ada satupun yang pernah ia usahakan selama hidup, ikut menemani dan berangkat bersamanya. Bahkan, tak ada satu anggota keluarga pun yang bersedia menemaninya di pembaringan terakhirnya yang gelap dan sempit nanti.
Saudaraku,
Sesungguhnya tak ada yang akan menemani diri kita dalam kesendirian di alam kubur nanti selain amal sholeh yang pernah kita lakukan selama hidup. Sesungguhnya, tak ada yang akan menerangi gelapnya pembaringan kita nanti selain perbuatan baik yang pernah langgeng selama di dunia. Dialah yang akan menjadi teman sejati dan penghibur diri kita nantinya.
Saudaraku,
Bukan panjang atau pendeknya umur yang menjadi ukuran dalam perjalanan hidup ini. Bukan pula setumpuk harta dan segudang kemewahan yang akan menjadi bekal dalam perjalanan menuju tempat peristirahatan abadi nanti. Semua itu tidak lain merupakan sarana yang semestinya mampu kita sikapi dan manfaatkan dengan baik untuk dapat mencari keridhoan-Nya, dengan menggunakannya untuk mempermudah beramal sholeh dan memperbaiki diri.
Saudaraku,
Mari kita renungi bersama sisa usia yang masih diberikan-Nya saat ini. Semoga amal sholeh yang langgeng senantiasa menghiasi sisa usia kita, dimana kemanisan ketaatan tetap dapat mengiringi ketika giliran itu akhirnya tiba dan menghampiri, dan kita pun menghadap-Nya dalam keadaan yang baik, husnul khotimah. Insya Allah..
Allahumma inna nas aluka husnul khotimah, wa na’udzubika min su’il khotimah..

MEANING

MEMBERI MAKNA-MAKNA
Oleh: Izzatul Jannah
Alangkah bahagianya seorang laki-lakiyang memiliki istri sebait puisiItulah sepotong kalimat yang nyasar di ponsel saya. Jika Anda menjadi saya, apakah yang Anda pikirkan pada saat itu? Jika Anda seorang perempuan dan Anda seorang yang cukup sensitif terhadap kata-kata indah, mungkin Anda akan Gede Rasa dan mengira seseorang (yang Anda asumsikan laki-laki karena ia berbicara tentang istri) yang menuliskan itu bermaksud mengatakan bahwa: ia menginginkan seorang istri dan istrinya haruslah indah dan dalam seperti makna sebait puisi, dan mungkin ia adalah Anda (sebab kalimat itu muncul di ponsel Anda, bukan?). Tetapi jika Anda seorang perempuan yang tidak mengerti puisi dan menganggap dunia imajinatif dan kata-kata romantis adalah wasting time, mungkin Anda akan langsung menghapus kalimat itu, mungkin sambil sedikit menggerutu.Nah, bagaimana jika Anda adalah seorang pria lajang yang belum menikah, mungkin Anda akan berpikir hal yang sama dengan si penulis kalimat, atau sebaliknya bertanya mengapa harus puisi? Mengapa bukan seindah taman surga, atau secantik bidadari? Karena Anda tidak mengerti puisi. Tetapi satu pertanyaan menggelitik, tepat jugakah perumpamaan seindah taman surga atau secantik bidadari, karena sesungguhnya Anda belum pernah melihat kedua-duanya?Tahukah Anda, betapa kata-kata, kalimat-kalimat, sesungguhnya begitu tulus, jernih, murni dan netral, lalu kitalah yang memberikan makna-makna, tafsiran-tafsiran sesuai pengalaman kita, sesuai cara pandang subyektif kita, sikap dan nilai-nilai pribadi kita, sesuai konteks fisiologis dan psikologis kita, bahkan sesuai dengan gender kita. Begitulah kehidupan kita sehari-hari, dalam hitungan waktu dan ukuran ruang, kita sibuk memaknai kata-kata, kalimat-kalimat sesuai dengan diri kita sendiri.Saya menjadi teringat dengan kata-kata seorang filosof eksistensialis, Kierkeegard, ia mengatakan, ” Bukan individu yang melahirkan kata-kata, tetapi kata-katalah yang melahirkan individu”. Saya rasa ada benarnya juga, karena kata-kata yang kita maknai secara pribadi itulah yang kemudian membentuk kita.Lalu dalam konteks kehidupan kita sebagai da’i, alangkah sering segala pemaknaanItu kita lakukan dan acapkali jika kita tidak menjaga jarak yang obyektif terhadapnya maka kita akan terpuruk pada prasangka, terjerumus pada ketakutan, kekhawatiran, terjerat pada kesedihan, sebab kita membiarkan kata-kata meringkus kita menjadi kerdil dan sempit. Ketika kita mendengar kata-kata tidak enak dari anak-anak kita misalnya, ”Uh,ummi nakal, aku tidak sayang ummi” kita akan menjadi sedih dan kecewa, karena kita memaknainya dengan penolakan, ketidakcintaan dan mungkin kebencian. Kita lupa bahwa si anak memiliki konteks fisiologis, psikologis, dan cara berpikir sendiri yang tidak bisa dilepaskan yang tidak bisa dilepaskan dari ruang dan waktu.Sebaliknya, jika kita cukup cerdas, boleh jadi kita akan menggunakan keajaiban pemaknaan kata-kata itu sebagai sarana diplomasi dan perang pemikiran. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW ketika ia ditanya oleh seorang kafir, ”Min aina anta?” Rasulullah menjawab, ”Min maa’”. Jawaban yang cerdik dan genial bukan? Seberapa luas pemaknaan maa’ (air) dibanding jika Rasul menjawabnya dengan menyebut nama kota. Maa’ bisa berarti air, bisa berarti nama kota yang terkenal banyak air (Irak), atau Maa’ bisa berarti air kehidupan, sebab Rasulullah adalah manusia yang tercipta dari air laki-laki dan wanita.Saya jadi teringat lagi kepada Diogenes seorang tokoh dari kaum sinis dan stoik yang hidup di dalam tong bersama sebuah tongkat dan sepotong roti, pada suatu hari saat ia sedang berjemur sinar matahari saat Alexander Agung datang mengunjunginya dan bertanya kepadanya tentang apa-apa yang diperlukannya, ia menjawab, ”Bergeserlah sedikit, Anda menghalangi sinar matahari”. Haha. Kebahagiaan begitu sulit dicuri darinya, bukan? Sebagaimana sulitnya mencuri kebahagiaan milik Ibn Taimiyah yang ketika ia dipenjara ia berkata, ”Apa yang bisa raja-raja diambil dariku? Sesungguhnya tamanku ada di dalam hatiku”Demikianlah kita, disebabkan kedangkalan kita terhadap makna-makna, kita sering memberikan tafsir secara harafiah, profan dan meringkus potensi positif kita sendiri. Boleh jadi, pandangan untuk mencapai kondisi jiwa yang sehat ala para psikolog timur ada benarnya, ”Bersikaplah netral terhadap apa saja yang muncul dan hilanglah dalam arus kesadaran”

Tak Sekedar Bahagia

Katakanlah : Salamun'alaikum bima shabartum, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra'd : 34)
Menemukan kalimat itu dalam Al'Quran membuatku tergugu. Tersadar akan sebuah keniscayaan yang nyaris pupus kuresapi. Ya, keniscayaan akan janjiNYA. Sampai di sini aku memutuskan untuk berhenti memikirkan yang tidak perlu, memikirkan kebahagiaan diri sendiri yang pada dasarnya adalah wujud keegoan tak bertepi dan gambaran keterpercaan pilah-pilah ambisi duniawi.
Rabbi...bukankah Engkau tidak pernah mengingkari janji selama aku berpegangan erat padaMU. Maka bila melonggar genggam eratku, eratkanlah kembali. Satu hal yang terlupakan bahwa bahagia berarti bisa bermanfaat bagi orang lain. Ah, bukankah ketika memutuskan menjadi muslimah seutuhnya, azzam itu tlah terpatri. Maka jangan sampai ia terlepas hanya karena jalanan yang licin dan membuat tergelincir. Lelah...pastilah ada, sebab itu konsekuensi memilih jalan mendaki. Luka...kemungkinan yang wajar sebab berjalan di antara duri. Sepi...kadangkala ada, sebab adakalanya jalanan harus dilalui sendiri. Layu....pun sesuatu yang wajar bila dehidrasi setelah mengitari jalan panjang tak bertepi. Tapi begitulah jalan yang kupilih, bukan jalan raya yang penuh lampu-lampu taman, tapi jalan sukar, berduri dan mendaki. Tapi kuyakin di ujung sana: surga menanti. Rabbi, sampaikan aku ke sana menemuiMU.
Aku tahu Engkau saja yang berdaulat atas semesta, maka padaMU aku meminta kokohkanlah langkah ini. Izinkan hati yang lapang membentang maaf, menjadi milikku. Izinkan samudera Qalbu yang luas menjadi milikku tuk hadapi segenap tantangan, uji dan coba. Aku percaya... Engkau tidak akan memberi kesulitan lebih dari yang ku mampu.

Kamu Sudah Tahu, Maka Komitmenlah

dakwatuna.com - Segala puji hanya bagi-Mu, ya Allah. Kepada-Mu segala yang ada di langit dan di bumi bertasbih dengan tidak mengenal lelah, jenuh, dan jemu. Maha Suci Engkau, Ya Allah. Engkaulah yang mensucikan hati-hati hamba-Mu sesuai dengan kehendak-Mu.
Wahai diriku.…

Kamis, 31 Juli 2008

Ayah Jangan Marah

Ayah, pagi yang indah bukan?
Maka Ayah jangan marah pada hujan.
Karena setelah ini pasti ada pelangi.
Lihat aku, Ayah.
Tetap tersenyum menatap hujan...
lalu bermain di bawah rintiknya seperti dulu,
saat kecilku,
saat engkau ajarkan padaku agar kuat hadapi badai.
Agar tangguh diguyur deras.
Maka jangan menangis, Ayah.
Lihat aku, tetap melangkah menyapa hari.
Seperti katamu, kuatlah jalani hidup.
Hidup yang akan berarti bila berlapang hati.
Ayolah...
Ayah, aku rindu senyummu.
Jangan marah lagi pada hujan.
Bukankah hujan juga berkah?
Hanya saja kita sering lupa tuk menyadarinya.

Ayah... sebentar lagi Dhuha,
mari sama-sama kita lafazkan dzikir.
Lalu setelahnya kita tertawa penuh syukur
bahwa DIA masih menjaga kita hari ini.
Aku sayaaaaaaaaaaang sekali pada Ayah,
maka Ayah jangan marah.
Maafkan bila kugores luka pada hatimu berkali-kali,
tapi suatu saat Ayah akan melihat pelangi yang indah setelah hujan.
Ayah, jangan marah lagi.
Mari kita tuliskan kembali sejuta cita-cita indah untuk nanti,
yang akan membuat Ayah bangga.
Sudahlah, kita lupakan hujan deras tadi malam.
Ayah, jangan marah...
Bukankah sekarang hujan juga sudah reda?

Dongeng tak bertuan

Biarlah,
tetap saja melangkah
sampai lelah...
nanti juga akan kita temui jalan
tuk lebih arif artikan hidup
dan lebih bijak tapakkan kaki

Biarlah,
bila sekarang mengusung gamang
dalam bimbang...
nanti juga kau akan tahu
bahwa ada saatnya kita harus memilih
bukan yang sebaiknya kita pilih
tapi yang terbaik dalam pilihanNYA

Biarlah,
sementara ini aku di sini
menuliskan cerita-cerita tak bertuan
tentang dongeng si kancil
yang berlari kian kemari
lalu tercebur di kolam hingga tenggelam

Biarlah,
kita lihat saja nanti
kemana jalan ini berakhir.

Rabu, 30 Juli 2008

Senja Itu Jingga,

Jogja terlihat merah dalam tatapku kala itu
Seketika merona putih saat air wudhu
membasuh semburat wajahmu yang letih…
Dan kerlingmu yang ‘tabah’ tak bisa kulupa
Meski senyummu masih saja bicara
tentang inginmu tuk bahasakan krama
Aku mengerti,
Bahwa dadamu buncah tangis
Sebab sekerat beban menoreh payah langkahmu
Aku hanya bisa menepuk pundakmu dalam sekantung doa
Agar kita mampu tuntaskan amanah
Aku bangga padamu
‘sabarlah’
Kita memang sedang belajar dewasa
Menjadi orang tua
Dan,
Senja jadi jingga dalam tatapku
Ketika matahari sempurna kembali
Mari, kita pulang dulu
Hempaskan penat.

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?