Apa pendapat anda tentang kata Smart? Apakah menurut anda menjadi seorang yang sholeh or sholehah melulu berada di masjid? Mari kita lihat sejenak sebuah wacana tentang para sahabat Rasulullah yang ruhiyahnya luar biasa tapi juga potensinya teraktualisasi dengan baik. Ada pesan moral yang tidak boleh kita lupa dari wacana itu. Bahwa menjadi seorang yang sholeh dan sholehah semestinya juga kaya wawasan, cerdas, mampu mengaktualisasikan potensinya pada jalur-jalur yang benar. Siip, kita ikuti pembahasannya di bulan April insyaAllah
Banyak orang yang mendefenisikan kata smart dalam lingkup yang sempit, sesempit mereka mengartikan pengertian kata sholeh atau sholehah. Hal ini bisa dipahami, sebab setiap orang memiliki kapasitas pemikiran yang berbeda, meski memory pemikiran yang disediakan Tuhan bagi setiap orang sama.
Wacana tentang para sahabat adalah wacana tentang orang-orang smart. Secara sederhana smart itu bisa diartikan sebagai ‘pintar’ atau ‘cerdas’ dalam kemasan yang lebih kompleks. Artinya orang yang mampu mengaplikasikan misi yang ada di kepalanya sebagai karakter. Sementara misi itu terlebih dahulu dikemas sebgai sebuah system yang tertata. Orang-orang yang smart adalah orang yang memulai perjalanannya setelah terlebih dahulu mematok harga yang sesuai dengan rutenya sehingga kemudian setiap geraknya terasa bernilai.
Imam Ibnu Jauzi mengatakan bahwa “Siapa yang melihat akhir suatu perkara di akhir langkahnya, dengan mata hatinya, kelak akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya.”
Kenapa para sahabat mampu memiliki potensi yang kuat tanpa harus kehilangan energi ruhiyah dan tidak perlu kehilangan misi utamanya sebab mereka memang ‘smart’, memiliki kualitas penataan diri yang terkonsep sesuai potensinya. Ia tahu apa kelebihan dan kekurangan dirinya dan tahu bagaimana menggunakan potensinya untuk kemanfaatan umat. Rahasianya terletak pada keimanan yang meretas horizontal dan vertical sekaligus sehingga pandangannya luas, tajam dan terang. Ia memulai langkahnya justru dari akhir langkahnya, ia tahu rutenya: jalan lurus dan ia tahu pasti kualitas kendarannya dengan roda anti slip.
Orang-orang smart adalah orang-orang yang punya mimpi realistis. KH. Rahmat Abdullah mengatakan bahwa mimpi merupakan pilihan klasik yang ringan modal, besar laba. Mimpi adalah modal yang mudah didapat yang bila dimanage dan djdevelope dengan baik akan memberikan keuntungan yang luar biasa. Nah, orang-orang smart tidak akan menggunakan modal terlalu banyak untuk mencari laba. Setelah memastikan mimpinya cukup realistis, ia akan mengasahnya dengan ruhiyah yang baik, mendukungnya dengan mengembangkan kemampuannya dan mempraktekannya dengan evaluasi rutin yang kerap disebut dengan muhasabah.
Andrea Hirata dalam ‘Edensor’nya mengatakan dengan sangat berani “bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”. Ya, orang-orang smart adalah orang yang dijauhkan dari keluhan. Ia selalu berdoa “Ya Allah, jauhkan aku dari sifat keluh kesah dan kikir”. Ia mempercayakan pengaduannya hanya kepada Allah. Hidup ini terlalu berat jika difikirkan sendirian. Maka Allah menegaskan dalam Q.S Al Ikhlas ayat dua “Allahu sshomad” Allah tempat bergantung segala sesuatu.. Yang perlu dipikirkan oleh orang-orang smart adalah bagaimana menjalankan aturan-aturan dengan sebaik-baiknya meningkatkan kualitas prosesnya dengan memperbanyak pabrik yang berkualitas mumpuni.
Imam Ibnu Jauzi mengatakan bahwa “Siapa yang melihat akhir suatu perkara di akhir langkahnya, dengan mata hatinya, kelak akan beroleh hasil yang sangat baik dari perbuatannya dan akan selamat dari akibat buruknya.”
Kenapa para sahabat mampu memiliki potensi yang kuat tanpa harus kehilangan energi ruhiyah dan tidak perlu kehilangan misi utamanya sebab mereka memang ‘smart’, memiliki kualitas penataan diri yang terkonsep sesuai potensinya. Ia tahu apa kelebihan dan kekurangan dirinya dan tahu bagaimana menggunakan potensinya untuk kemanfaatan umat. Rahasianya terletak pada keimanan yang meretas horizontal dan vertical sekaligus sehingga pandangannya luas, tajam dan terang. Ia memulai langkahnya justru dari akhir langkahnya, ia tahu rutenya: jalan lurus dan ia tahu pasti kualitas kendarannya dengan roda anti slip.
Orang-orang smart adalah orang-orang yang punya mimpi realistis. KH. Rahmat Abdullah mengatakan bahwa mimpi merupakan pilihan klasik yang ringan modal, besar laba. Mimpi adalah modal yang mudah didapat yang bila dimanage dan djdevelope dengan baik akan memberikan keuntungan yang luar biasa. Nah, orang-orang smart tidak akan menggunakan modal terlalu banyak untuk mencari laba. Setelah memastikan mimpinya cukup realistis, ia akan mengasahnya dengan ruhiyah yang baik, mendukungnya dengan mengembangkan kemampuannya dan mempraktekannya dengan evaluasi rutin yang kerap disebut dengan muhasabah.
Andrea Hirata dalam ‘Edensor’nya mengatakan dengan sangat berani “bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”. Ya, orang-orang smart adalah orang yang dijauhkan dari keluhan. Ia selalu berdoa “Ya Allah, jauhkan aku dari sifat keluh kesah dan kikir”. Ia mempercayakan pengaduannya hanya kepada Allah. Hidup ini terlalu berat jika difikirkan sendirian. Maka Allah menegaskan dalam Q.S Al Ikhlas ayat dua “Allahu sshomad” Allah tempat bergantung segala sesuatu.. Yang perlu dipikirkan oleh orang-orang smart adalah bagaimana menjalankan aturan-aturan dengan sebaik-baiknya meningkatkan kualitas prosesnya dengan memperbanyak pabrik yang berkualitas mumpuni.