Mencoba memaknai hari-hari
Sabtu, 16 Februari 2008
Jumat, 15 Februari 2008
Ketika Sedih Mencacah Jiwa
Kamis, 14 Februari 2008
Selasa, 12 Februari 2008
Jiwa Enterpreneur dalam Pendidikan Kritis
PUNCAK tujuan dari setiap individu manusia sejatinya adalah humanisasi atau menjadi lebih humanis. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia senantiasa melacak dan menggali potensinya melalui proses kontinyu yang dinamakan dengan belajar. Sayangnya proses tersebut selalu disederhanakan dengan belajar formal, yakni sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, dan akan berhenti sampai di bangku perguruan tinggi. Konsep belajar sepanjang hayat telah berubah menjadi belajar sampai sarjana.
Mewujukan Profesionalitas atau Mengharapkan Kesejahteraan
Author: Ahmad Makki. 25 November 2007 : 10:48 am.
Sekolah-Menulis Online, Gabung Segera! Cara menerbitkan buku >>
Catatan Peringatan Hari Guru, 25 Nopember 2007
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia memang sangat menyedihkan. Keterpurukan dalam bidang pendidikan di negeri tercinta dalam beberapa dekade ini seakan belum terlihat ke arah yang akn lebih baik. Kemerosotan yang terjadi baik pada sistem, kurikulum, pendidik hingga peserta didik itu sendiri. Padahal pendidikan sebenarnya menjadi fondasi awal dalam pembangunan suatu bangsa untuk lebih maju dan bermartabat di masa yang akan datang.
Senin, 11 Februari 2008
SILUET SENJA DI MATA AYAH
Dalam dongeng ayah yang tak cuma dongeng
Ada siluet senja yang menghampirkan harapannya
Selaksa cita terpeta pada tiap helai uban
Membirukan hampa
Merimbun, membelai pipi putra-putra Yakub
Ada seroja samar yang menyamar jadi mawar
Terkenang zikirmu yang mengokohkan langkahku
Mengepalkan jemariku
Lantas terserulah takbir itu “Allahu Akbar”
Sebelas bintang gegap gempita di hatiku
Memecahkan pekat
Mengelupaskan karat yang sekarat
Kusudahi …
Dalam dongeng ayah yang tak cuma dongeng
Ada siluet senja yang menitipkan harapannya
Sehelai doa berbisik pada ke Maha Pemurahan NYA
Menceriakan senja miliknya
Sebelum pulang
Terbentang tanya…
Akankah sisa waktuku mampu menentramkannya?
KUDEDIKASIKAN UNTUK AYAHKU TERCINTA
SEMOGA KERJA KECILKU MENENTRAMKAN HATIMU
CInta...Why Not??
Cinta. Apa yang salah dengan cinta? Bukankah cinta adalah fitrah yang diturunkan Allah ke dalam hati hambaNya? Berbekal cinta kita ada, berbekal cinta pula kita berbuat amal kebajikan. Sungguh, tidak ada yang salah dengan cinta ketika kita meletakkan pada tempatnya. Tapi kita jarang sekali bersedia menjadi Trend setter dan lebih suka menjadi pengikut tradisi hingga dengan sukarela menjadi korban mode, korban invansi pemikiran sekaligus korban manipulasi media. Akhirnya cinta dipersalahkan, lalu cinta kembali menjadi topik utama yang dikambing hitamkan.
Allah SWT telah menciptakan kita dengan bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. 95:4) hingga kita merasa nyaman dengan bentuk tubuh kita. Allah juga telah menciptakan bumi yang terhampar, gunung sebagai pasak, langit yang kokoh meski tanpa tiang, manusia yang berpasang-pasangan, tidur untuk istirahat, matahari sebagai penerang (Q.S. 78:6-13). Tiga puluh tiga kali Allah katakan di dalam Q.S. Arrahman bahwa “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”. Sebuah sindiran keras bagi kita yang terlalu sering melupakan nikmat Allah, mendahulukan makhluk dari pada Khaliq, melalaikan sholat untuk kepentingan-kepentingan yang tidak prinsipil.
Cinta. Mari kita menelusurinya. Ketika Allah menitipkan cinta ke dalam hati manusia, Allah telah menyediakan jalannya untuk menapakkan cinta dengan semestinya. Allah memerintahkan tolong-menolong dalam kebajikan dan taqwa (Q.S. 5:2). Allah menghendaki manusia untuk saling berkasih sayang, saling mengenal, saling memahami dan saling menanggung beban satu sama lain. Tetapi Allah juga memberi garis batas itu semua dengan suatu syariat yang mulia untuk menjadikan kita beradab. Allah menghalalkan perdagangan sebagai suatu bentuk kerja sama dalam bidang Ekonomi, tetapi Allah mengharamkan riba. Ketika Allah memerintahkn kita untuk saling berkasih sayang dan berpasang-pasangan maka dengan itu pula Allah menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina. Betapa penyayangnya Allah, tak membiarkan kita begitu saja tapi mengurus kita semua dengan aturan-aturanNya yang membuat kita mulia. Bukankah ketika kita patuhi perintahNya lalu menjauhi laranganNya, menjadikan kita tenteram karenanya. Sebab kita menjalaninya dengan cinta dan diliputi cintaNya atas kesetiaan kita.
Banyak orang demikian terbatas memahami cinta, semata sebagai perasaan suka kepada lawan jenis yang belum halal bagi kita lalu menumpahkannya khusus untuknya saja lantas mengabaikan sekelilingnya. Betapa sia-sianya padahal kita berlimpahan cinta dan ketika diberikan kepada lebih banyak orang yang membutuhkan, kita menjadi jauh lebih mulia? Ada pula yang kebingungan karena cinta, makan tak enak, tidur tak nyenyak, hidup berantakan karena memikirkan si ‘dia’ hingga melalaikan kewajiban utama padaNya. Bukankah Allah mengatakan bahwa cinta sejati akan mendatangkan perasaan tenteram, tenang dan tumbuh kasih sayang yang tulus (Q.S. 13:28).
Lalu ada yang membuat perayaan spesial pada hari Valentine (bagi mereka hari kasih sayang), saling memberikan hadiah dan mengungkapkan cinta. Rasanya hanya sebuah hal yang basi, bukankah Islam sudah lebih dulu mengenalkan cinta. Islam lebih dahulu mensyariatkan kepada manusia untuk saling memberi hadiah, bersadaqah, berinfak dan berzakat sebagai wujud kasih sayang terhadap manusia. Rasanya tidak masuk akal ketika kita merayakan hari yang bahkan landasan sejarahnya sendiri dipertentangkan oleh orang-orang di kalangan mereka sendiri (sebuah tradisi jahiliah yang merupakan perayaan kematian seorang Pendeta bernama Valentino yang mengizinkan sepasang muda mudi berbuat zina dan diusir oleh masyarakat). Kenapa juga mesti repot-repot menunggu tanggal 14 Pebruari untuk menyatakan cinta? Bukankah di dalam Islam semua hari adalah baik bagi seorang mukmin. Oleh karena itu sampaikanlah ekspresi kasih sayang itu kepada orang-orang yang memang paling berhak mendapatkan itu kapan saja.
Kenapa kita mau menyibukkan diri dengan hal-hal yang kurang bermanfaat? Bukankah salah satu ciri orang yang beriman adalah menjauhi perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat (Q.S. 23: 3) apalagi bermaksiat. Padahal ketika kita mengisi waktu luang kita dengan hal bermanfaat seperti membaca Al Qur’an, membantu orang tua, membaca buku, mendengarkan pengajian, semua itu jauh lebih menentramkan hati. Cobalah bandingkan dengan mereka yang menghabiskan waktu dengan hura-hura, kebut-kebutan di jalan, mengisi sisa malam dengan ‘dugem’, pesta pora tak tentu arah. Selain mendtngkan keresahan masyarakat juga hanya akan menambah tumpukan dosa yang sudah menggunung banyaknya.
Hidup di dunia hanya sekali ini saja. Banyak hal bermanfaat yang bisa dilakukan selama usia masih melekat. Tidakkah kita takut kematian datang saat kelalaian masih terhidang, dan kita sekarat dalam keadaan tidak siap. Lantas apa yang akan kita pertanggungjawabkan kepadaNya nanti?
Cinta sejati adalah cinta yang dipelihara dengan baik, dirawat dengan kesabaran, dijaga dengan kesetiaan, disampaikan dengan keridhoan, ditempatkan pada tempat yang diperkenankanNya dan dititipkan utuh padaNya. Cinta sejati tak pernah bercampur baur dengan hawa nafsu dan kemunafikan. Cinta sejati tidak berbaur dengan kekerasan. Cinta sejati adalah cahaya yang membuat hidup benderang tak terpadamkan. Mengalir tulus sepanjang nadi hingga menghantarkan kita kepadaNya dengan keadaan terbaik. Maka cinta sejati hanya didapati dengan mencintaiNya sepenuh hati, ridho dengan ketentuanNya, bergantung utuh kepadaNya dan setia dengan aturan-aturanNya.
Allah telah memberikannya kepada kita sebagai bekal hidup di dunia. Mari kita jaga agar kita tidak kehilangan cintaNya.
MULTI INFO
My Favourite Film
- The Message
- Vertical Limit
- Turtle can Fly
- The Kite Runner
- The Purshuit of Happynes
- Ie Grand Voyage
- Sang Murabby
My Favourite Books
- Tetralogi Laskar Pelangi
- A Thousand Splendid Suns
- The Kite Runner
Acara TV Favourite
- Akhirnya Datang Juga
- Wisata Kuliner
- Cinta Fitri, hehehe
- e-Lifestyle
- Padamu Negeri
- Apa Kabar Indonesia
- Kick Andy
- Todays Dialogue
- The nanny 911