Jika saya ditanya tentang sebuah tempat yang selalu saya rindukan, maka tempat itu adalah Jogja. Tempat yang selalu membuat saya ingin kembali kemari, seperti hari ini ketika saya berada di sini, di Jogja. Ada kegetiran luar biasa setiap kali menghitung hari-hari bahwa saya harus kembali pulang, kembali bekerja, kembali dengan segudang aktivitas yang akan membuat waktu demikian cepat bergulir secepat saya berlari. Dan begitulah kerinduan itu akan terus mengalir seperti rutinitas saya.
Jika kemudian orang-orang mengatakan kepada saya, bukankah di manapun adalah bumi Allah hingga setiap tempat harus kita syukuri...ya, saya akan menyepakatinya. Tapi kemudian akan saya katakan, Zainab Al Ghazali pun mengatakan bahwa seseorang selalu mengalami dua kali kelahiran dalam hidupnya, dan tempat kelahiran saya yang kedua adalah Jogja.
Ada sejuta alasan yang membuat saya mencintai Jogja. Ada ribuan orang yang saya ingin temui di Jogja. Ribuan pelajaran...ribuan cinta...ribuan kenangan...ribuan hal yang ingin saya lakukan....ingin saya kunjungi...ingin saya kenang...ribuan makna yang akan selalu saya dapati di sini, dengan siapa pun saya bertemu, saya berbicara atau bahkan sekedar saya sapa sekilas di sini. Bahkan ketika menyaksikan ketulusan seorang kakek tua yang mengayuh becak, zikir pun seketika terucap. Atau ketika berbicara dengan krama inggil kepada penjual sayur, dan saya akan mendapati keramahan yang luar biasa, membasahi kerontang dada saya akan sebuah tutur yang susah sekali saya dapati di tempat saya. Bukan berarti tidak ada orang-orang santun dan baik yang saya temui di tempat saya, tapi kesantunan dan kebaikan yang berbeda. Ya, terlalu banyak pelajaran indah yang saya dapati di sini. Pelajaran indah tentang hidup...perjuangan...persaudaraan dan pengharapan.
Dan begitulah hari ini ketika membaca tiket pesawat yang sudah ada di tangan saya. Enggan sekali rasanya untuk pulang. Terbayang rutinitas, pekerjaan, aktivitas, demikian kompleks dan harapan-harapan tak berujung. Rabbana.... tapi hidup adalah sebuah perjalanan. Seperti yang saya dapati dalam perjalanan singkat saya kali ini di Jogja. Demikian terasa bahwa 'hidup itu adalah berjalan menuju kematian'. saya bayangkan ketika saya kembali kepada rutinitas saya, saya seolah berlari kencang menuju titik akhir perjalanan saya, hanya saja kemudian di sela-sela langkah-langkah saya ada banyak hal yang harus saya lewati satu demi satu.
Ya, Jogja in My Heart. Setidaknya, saya selalu mengingat kelahiran kedua saya di sini ketika Allah membimbing saya menuju satu jalan yang pasti menujuNya. Barangkali itu adalah satu hal yang harus saya syukuri. Bahwa ada banyak hal indah yang dititipkanNya pada saya lewat kerinduan saya akan Jogja.