Mencoba memaknai hari-hari

Senin, 09 Maret 2009

BELAJAR

Kalau sekedar kita saksikan semesta yang berkubah langit ini lalu melewatkannya rasanya sangat mubazir. Begitupun ketika kita menjalani kehidupan ini dengan tanpa menelisik gurat-gurat makna yang tersembunyi di baliknya, akan menjadi sia-sia semata.

Pada sebuah kesempatan, dalam Forum Annisa yang digelar secara rutin oleh salah satu Rohis SMA ternama di Tembilahan ini, saya menemukan sebuah pertanyaan yang menarik yang di ajukan oleh salah seorang siswi yang menjadi audien kala itu. Ia bertanya tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi krisis antara IQ-EQ dan SQ. Petanyaan yang berbobot menurut saya mengingat banyak remaja sekarang ini yang tidak peduli lagi soal mengolah potensi dirinya. Dan kebahagiaan saya justru buncah karena masih ada segelintir remaja yang peduli membahasnya.

Saya kemudian mencoba mengajak mereka mereview sejenak sejarah kehidupan manusia sejak Adam As diciptakan seorang diri pertama kali di Surga. Pada saat itu Allah lantas membekalinya dengan kemampuan intelektual untuk mengenali nama-nema benda di alam ini. "Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama yang ada di alam, kemudian DIA mempresentasikan kepada malaikat. Kemudian Allah berkata kepada Adam, ceritakan lah kepadaKU nama-nama benda di alam jika kamu benar" (QS. Al-Baqarah: 31).

Setelah Hawa kemudian diciptakan untuk menemani kesepian Adam yang seorang diri di surga, Allah kemudian juga mengajarkan tentang bagaimana mengelola kemampuan emosional sang Nabi pertama. Allah memperbolehkan Adam berbuat apa saja di surga asalkan tidak mendekati apalagi memakan buah terlarang. Dan sebuah gambaran yang nyata bahwa kemampuan mengendalikan emosi adalah sesuatu yang senantiasa menguji kehidupan manusia bahkan sekualitas Adam As sekalipun. Hingga pada akhirnya Adam pun melanggar larangan Allah SWT. Kembali jika kita menelisik hal ini, sebuah pembelajaran kembali bahwa Allah SWT sebenarnya membekali manusia sebentuk kecerdasan emosional (EQ).

Adam kemudian menyesali perbuatannya, dan Allah berkenan mengampuni dengan terlebih dahulu membekalinya dengan kecerdasan spiritual. Allah mengajarkan pada Adam untuk beristigfar dan bertaubat. Barulah setelah ketiga kecerdasan ini yaitu IQ, EQ dan SQ dibekalkan kepada Adam, Allah kemudian memerintahkan kepada Adam As untuk turun ke dunia.

Sekelumit catatan di atas adalah sedikit yang mungkin terekam oleh saya. Pada intinya, kita dapat membaca bahwa ketika Allah menjadikan kita sebagai penghuni bumi ini, menjadikan kita sebagai khalifah (pemimpin) dan juga agar kita tetap beribadah kepadaNYA bukanlah sebuah hal yang sepele dan sia-sia. Sebab di sini Allah juga menghendaki kita untuk menginterpretasikan kemampuan kita bagi kemakmuran alam ini dengan senantiasa berjalan di atas rel yang disediakanNya. Disisi lain kita juga bisa menyimak bagaimana seharusnya kita tetap belajar dan belajar mengasah multiple intelegence yang Allah amanahkan. Belajar mendidik diri sendiri dan kemudian mengajarkannya kepada orang-orang di sekitar kita. Mengabaikannya dan atau melupakannya begitu saja adalah sama saja berarti melalaikan amanah Allah. Belajar untuk membagi-bagikan cahaya. Sedikit barangkali, tetapi betapapun kecilnya sebuah cahaya, jika energi untukyalakannya senantiasa terpelihara, maka cahaya itu akan selamanya bersinar. Allahualam bisshowab.

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?