Mencoba memaknai hari-hari

Kamis, 12 Februari 2009

KOLASE WAKTU

"Ada yang bilang waktu adalah obat yang paling mujarab dalam menyembuhkan luka. Tapi kenapa begitu banyak kenangan dan memoar yang dituliskan? Kenapa kuburan terus dipenuhi peziarah, mengenang yang sudah tiada? waktu ternyata tidak pernah bisa menghilangkan racun kesedihan. Membuatnya jadi tertahankan, iya. Tapi pedihnya akan tetap nyata. Dan masing-masing kita yang sudah terkena racun kesedihan menjadi manusia dengan racun yang masih bergerak dan berputar-putar mengalir bersama oksigen dalam darah. Terus ada di sana tanpa bisa hilang. Waktu hanya seperti adrenalin dosis tinggi yang membuat kita melupakan rasa sakit untuk beberapa saat yang membuat kita bisa terus melangkah."
READ MORE...

Jika Hidup adalah PIlihan

Begitu banyak orang yang berfikir pragmatis dan memilih jalan termudah demi sebuah kebahagiaan. Begitu sederhanakah makna 'kebahagiaan' itu hingga begitu banyak orang dengan cepat mengambil keputusan dengan alasan pertimbangan-pertimbangan yang memberatkan. Maka pertimbangan yang paling banyak nilai plus nya yang akan dijadikan sebagai sebuah keputusan.

Saya bertanya; seberapa berarti nilai 'plus' itu bagi mereka? Dan selanjutnya atas dasar apa mereka memberi nilai 'plus' itu? Jawabannya lebih banyak orang yang menilai segala sesuatu dari sisi duniawi, atas pertimbangan-pertimbangan pragmatis sekaligus menguntungkan. Berbagai alibi yang bermunculan pun demikian rapi dikemas dengan tema 'demi kebaikan bersama'. Ternyata memang harga sebuah keputusan tidak lebih dari sebuah pembenaran dan bukan kebenaran. Setidaknya itu yang lebih banyak terjadi. Menyedihkan sekaligus menunjukkan betapa murahnya harga diri pada sebagian kalangan saat ini. Idealisme seolah hanya tulisan bersejarah yang cukup dikaji sebagai kenangan karena dalam perkembangannya lebih banyak yang dikalahkan ketika berhadapan dengan perkembangan sikap, pola dan tuntutan bermasyarakat. Kesimpulannya, tidak ada satu parameter pun yang mampu menilai setiap individu secara detail karena segala sesuatu bisa berubah. Mungkin di sinilah letak kemutlakan takdir yang tidak bisa diubah. Setiap orang hanya bisa berikhtiar, tetapi eksekusi akhirnya adalah mutlak merupakan kehendakNYA. Maka di sinilah juga peran doa mengukuhkan keimanan. Jika ada yang mengatakan bahwa doa bisa mengubah takdir, itu sangatlah benar. Sebab pada saat berdoa dengan bersungguh-sungguh, pada saat itu kita menyerahkan sepenuhnya kepadaNYA. Dan ketika telah menyatakan diri untuk berserah sepenuhnya, itu berarti pula bahwa kita tunduk atas semua kehendakNYA, menyamakan persepsi kita dengan persepsi Sang Maha Berkehendak, mengalahkan ego kita dengan kasih sayangNYA.

Hidup ini adalah besaran waktu yang dipenuhi pilihan-pilihan. Nilai dari setiap pilihan adalah nilai keimanan itu sendiri karena pada dasarnya pilihan-pilihan hidup itu adalah ujian akidah tentang bagaimana cara kita menentukan kebijaksanaan, tentang bagaimana kita menempatkan diri sebagai hamba Allah yang bertanggung jawab atas perannya sebagai pemimpin setidaknya sebagai pemimpin bagi diri sendiri. Tentang bagaimana kita menerjemahkan setiap episode kehidupan sebagai bentuk pembelajaran dariNYA untuk memperbaiki kualitas kita sebagai manusia.

Di sanalah kemudian kita dihadapkan pada interaksi kita antar sesama manusia. Pasang surut keimanan kemudian menyertainya. Cobalah berbicara dengan beragam jenis manusia, akan kita dapati beragam pemikiran, beragam pola hidup, beragam cara pandang yang menentukan caranya bersikap dan berjalan. Ada yang setengah-setengah mengimaniNYA, ada yang salah kaprah memahaminya, ada yang berpura-pura mengimaniNYA dan ada yang bersungguh-sungguh mengenaliNYA.

Jika hidup memang hanya sesederhana 'kebahagiaan' duniawi tentu segala sesuatu dengan mudah diputuskan atas nilai-nilai 'plus' bertaraf kebahagiaan duniawi, semisal bahagia memiliki banyak teman, kebahagiaan mendapatkan status dalam masyarakat. Tapi sungguh, bukankah hidup tidak sebatas untuk kebahagiaan dunia? Bukankah hidup ini adalah perjalanan menempuh kehidupan setelah mati? Mari kita berserah diri sepenuhnya kepada Sang Maha Penentu. Semoga petunjukNYA mengiringi setiap bentuk episode hidup yang kita jalani, meski mungkin reaksi negatif menyerbu dari segala sisi. Saya, entahlah dengan anda... meyakini bahwa setiap ketentuanNYA adalah hal terbaik menuju hal yang paling baik menurutNYA. Sekali lagi, menurutNYA dan bukan menurut persepsi manusia. Semoga Allah senantiasa melapangkan hati-hati kita. Amiiin...

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?