Mencoba memaknai hari-hari

Sabtu, 24 Mei 2008

PERKEDEL KEDELAI

Ampas sisa pembuatan susu kedelai dapat dimanfaatkan menjadi makanan yang lezat dan bergizi. Bisa menjadi cemilan atau teman makan anda. Berikut resepnya.

Bahan :
Ampas susu kedelai (dari 200 gram kedelai)
5 batang daun seledri
1 butir telur

Bumbu :
3 butir bawang merah
1 butir bawang putih
2 sdt garam halus
Merica sekukupnya
Penyedap rasa

Cara membuat :
- pisahkan kuning dan putih telur
- potong-potong halus daun selederi lalu campurkan dengan ampas susu kedelai
- Campurkan dengan kuning telur
- Haluskan semua bumbu lalu campurkan ke dalam adonan perkedel sampai rata
- Bentuk bulatan, celupkan dalam putih telur dan goreng dalam minyak panas.
- Sajikan bersama saos sambal/ tomat sesuai selera

MEMBUAT SUSU KEDELAI

Bahan :
200 gram kedelai
250 gam gula pasir
1 liter air mendidih

Cara Membuat:
Cucilah kedelai sampai bersih
Rendam dalam air dingin dan bersih selama 30 menit
Tiriskan rendaman kedelai, kemudian rebus dalam air mendidih selama 30 menit
Angkat dan bersihkan kedelai rebus dari kulit arinya sampai benar-benar bersih. Tiriskan
Tambahkan 400 ml air panas, kemudian blender kedelai sampai halus
Saring/ peras dengan menggunakan kain kasa. Pisahkan ampas kedelai pada mangkuk lain (untuk diolah menjadi makanan lain)
Tambahkan 1600 ml air panas ke dalam air perasan kedelai.
Masukkan 250 gram gula ke dalam susu kedelai.
Rebus kembali sambil diaduk sampi mendidih
Selamat Mencoba!!!

Catatan : Jika ingin menambah cita rasa susu kedelai, bisa ditambahkan susu bubuk atau coklat bubuk sesuai selera. Untuk penyimpanan, sebaiknya simpan di dalam lemari es agar susu kedelai tidak cepat rusak. Perolehan hasil susu kedelai dari 200 gram kedelai adalah sekitar 1 liter susu kedelai.

Elegannya Cinta

Olh : Rivana Usginti,S.Si

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, Karena Sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari para rasul. Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menja- di musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Ha- man beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. janganlah kamu membunuhnya, Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari. Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa[1114]. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak kami teguhkan hati- nya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya, Dan kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu Aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?". Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.(QS. Al-Qashash:7-13)


Indah sekali skenario Allah yang kita temukan ketika mentadaburi QS. Al Qasas : 7-13. Padahal itu baru sedikit saja dari skenario Allah yang sesungguhnya. Deretan ayat-ayat tersebut berbicara tentang pemenuhan janji Allah yang nyata dan pasti

Ini kisah tentang bayi mungil Musa yang terlahir di jaman kediktatoran Fir’aun dan Haman. Jaman penuh gejolak dimana demikian menggemparkn berita ramalan bahwa sipapun bayi dari klangan Bani Israil yang terlahir sebagai laki-laki harus dibunuh karena dikhawatirkan akan menghancurkan kekuasaan Fir’aun bila ia tumbuh besar nanti. Maka siapapun yang lahir sebagai lelaki, habislah di tangn kejam Firaun.

Tetapi siapa yang bisa mengingkari skenario Allah. Bila Allah telah menjamin keselamatan, tak akan ada yang mampu menghancurkannya meski dengan kekuatan setaraf Firaun. Begitulah yang meretas indah dalm hti Ibunda Musa ketika Allah mengilhamkan satu skenario baginya, bagi Musa, bagi tanah Mesir yang melegenda. Dengan keyakinan akan janji Allah untuk menjaga Musa dan mengembalikan buah hatinya itu kembali dalam dekapannya, maka iapun ridho menghanyutkan buah hatinya pada sungai Nil yang menglir tenang.

Bukan perkara mudah. Melepas buah hati yang masih merah berlayar sendirian tanpa teman. Pastinya lebih berat dari sekedar melepas seorang anak ke perantauan ketika ia telah dewasa. Tapi demikianlah keyakinan menjadi doa tulus dari Ibunda bagi Musa kecil yang merah. Doa yang teralir bersama cinta. Bukan cinta yang sederhana. Bukan semata cintaseorang ibu kepada anaknya. Tapi cinta yang lebih besar dari itu semua. Cinta yang membiarkan cinta Sang Maha Perkasa mencintai cintanya dengan caraNYA. Sekali lagi bukan perkara yang mudah kalau saja Ibunda Musa tidak memiliki bekal cinta yang luar bisa, menitipkan diri, cinta dan hatinya hanya kepada Allah semata.

Allah Maha Tahu betapa besar cinta kasih seorang ibu pada putranya. Tapi allah juga Maha Tahu bahwa cinta itu berada pada pusaran cinta yang sangat dahsyat, cinta kepada Allah yang mengalahkan cinta pada keluarga. Dan Allah pun Maha Mencintai, perpisahan itu hanya sesaat dalam skenarioNya. Bahkan dikembalikannya Musa pada dekapannya. Tapi tentu saja, cinta Ibunya Musa adalah cinta yang penuh syarat. Syarat yang membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan untuk menahan diri agar sebuah rahasia tentangidentitas Musa tetap terjaga utuh. Pengorbanan untuk tetap bungkam sembari meneguhkan keyakinan bahwa sekalipun Musa berada di tangan Firaun yang setiap saat bisa menghabisi nyawa Musa, tetapi ia sangat yakin bahwa Allah akan menjamin kehidupan Musa. Sekilas mungkin hanya rahasia kecil, tetapi keteguhan hati untuk menyimpannya memiliki nilai tersendiri bagi Allah. Dan keterjagaan rahasia itulah yang menentukan terwujudnya janji Allah. Maka Ibunda Musa pun memilih untuk menunaikan pengorbanannya.

Demikianlah Allah membuat skenario yang begitu sempurna. Mudah bagiNya memberi kehidupan dalam ancaman kematian. Di mana Musa terjamin kehidupannya justru di tangan pembunuh keji. Demikianlah bila Allah hendak menunjukkan kekuasaanNya. Betapa kekuasaan sekaliber Firaun pun tak mampu menggoyahNya. Demikianlah bila Allah berjanji, pasti pemenuhannya adalah nyata dan pasti. Hanya menunggu saatnya tiba. Tapi, tentu saja… butuh kekuatan cinta yang teramat besar, butuh pengorbanan yang utuh dan butuh keimanan yang tangguh, sebagaimana Ibunda Musa mewujudkannya.

Jumat, 23 Mei 2008

PENDIDIKAN TANPA NILAI-NILAI SPIRITUAL:Hanya Ciptakan Intelektual Tanpa Nurani

Kemajuan teknologi dan ekonomi tak menjamin hadirnya bahagia di hati manusia. Malahan bisa berdampak pada hilangnya jati diri dan makna kehidupan. Masalah inilah yang harus dijawab oleh dunia pendidikan sebagai lembaga strategis untuk meningkatkan SDM. Bangsa manapun tak akan pernah bangkit tanpa didukung sumber daya manusia yang kuat dan utuh. "Karena itu tak berlebihan bila dikatakan, dunia pendidikan merupakan kunci untuk membangun masa depan bangsa," tegas Pendiri ESQ Leadership Center, Dr (HC) Ary Ginanjar Agustian, saat menyampaikan pidato dies Natalis ke-44 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Rabu (21/5), di auditorium UNY, yang dihadiri seluruh unsur sivitas akademika,dan tamu undangan.
klik here
http://uny.ac.id/home/data.php?m=951da6b7179a4f697cc89d36acf74e52&i=1&k=5571

KENAPA AKU MEMILIHMU

Sebuah alasan untuk memilih satu pilihan : satu jalan hidup yang kuyakini paling benar di antara yang benar. Sebuah alasan untuk bersetia di dalamnya, di antara luka-luka, canda tawa dan gelombang tiada henti yang menghantam perjalanan. Sebuah alasan untuk senantiasa berkhusnudzon atas ketetapanNYA, pahit pun manis, indah pun perih. Akhirnya menjadi satu-satunya alasan untuk senantiasa berdoa, berharap ALLAH meneguhkanku hingga tercapai syahid sebagai cita-cita kehidupan.
Sampai tulisan ini kurakit, aku masih meyakini bahwa segala sesuatu bisa bermakna jihad tergantung bagaimana kita memaknainya. Bahwa tidak harus mendapatkan apa yang kita ingini atau meraih apa yang kita harapkan. Bila ikhtiar ternyata masih harus diperpanjang kontraknya, bukankah itu juga berartui bahwa Allah begitu suka bila kita tetap setia berharap hanya padanya. Ya, selagi kita bukan pendosa, dan selagi kita bukan penikmat kesalahan, kesulitan selalu akan mengilhami kita untuk memperkuat keimanan dan keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Satu demi satu lembaran lembaran kesulitan itu akan tersingkap, sebab selagi masih di dunia, kesulitan itu pasti ada takdir selesainya. Kededikasikan untuk saudara-saudara seperjuangan yang masih setia berjalan bersama-sama hingga hari ini, masih setia mengingatkan dan masih setia untuk saling menjaga agar tetap berjalan rapi seperti yang dikehendakiNYA.
Jika kau tanyakan padaku, kenapa aku memilihmu? Kupastikan tak perlu kujawab sebab telah kau lihat jawabannya pada keberadaanku hari ini bersamamu. Sebagaimana rabithahku menyertakanmu, kuyakin engkau pun menyebut namaku dalam doamu. Kita percaya pada titahNya bahwa di surga ada mimbar-mimbar di tempat yang tinggi yang begitu bercahaya membuat para nabi bertanya-tanya siapakah gerangan yang duduk di sana dengan gemerlap serba putih bercahaya? Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Meski tak terbayang oleh kemampuan fikir kita tentang betapa indahnya tempat itu, tetapi menjadi kekuatan bagi kita untuk terus memberikan ketulusan dan kekokohan dalam menjaga sesama kita untuk bersiteguh di jalan yang kita pilih. Ya Wadud, ikatkanlah hati-hati kami dalam kecintaan kepadaMu.

Kenapa aku memilihmu? Padahal begitu gemerlap sekelilingku menawarkan keindahan. Sebab selalu kau ingatkan aku bahwa dunia hanya fatamorgana, bahwa seberapapun megahnya yang kita temui hanyalah sekuat rumah laba-laba yang akan segera hancur bila kita sentuh. Apatah lagi bila kekuasaanNya yang menyentuh dengan kemurkaanNya yang datang menghancurkan segala dengan sekali titah ’kun fayakun’ maka jadilah. Pada kokoh sandaranNya kita berpegangan dan saling menguatkan temali yang mengikat erat sandaran kita, pada setiap kata sebagai penyemangat, pada setiap nasihat yang mengingatkan, pada setiap senyuman yang menentramkan bahkan pada sebuah diam yang meluluhlantakkan kemaksiatan. Kita percaya pada kisah Badar, di mana jumlah yang sedikit akan dimenangkanNya asal yang sedikit itu memiliki ketundukan untuk taat menapaki kebenaran dan yang sedikit itu mempercayakan kebergantungan pada pertolonganNya. Maka mudah bagiNya membuat yang sedikit itu seketika berlipat-lipat jumlahnya dalam pandangan yang melihatnya. Kita juga mengenang Uhud yang merupakan gambaran ketidaktaatan yang menghacurkan keridhoanNya atas sebuah pertolongan hingga DIA urungkan kemenangan. Kita hanya memilih sebuah keteraturan, kestiqohan, ketaatan yng semua itu disertai pemahaman. Ya pada akhirnya menjadi alasan untuk kita memahami Beginilah jalan dakwah mengajarkan kita.

Kenapa aku memilihmu? Sebab padamu kudapati kesamaan arah, tujuan, pedoman, langkah dan gerak yang kutempuh. Pada pencarian yang akan terus kutempuh hingga akhir hayatku kelak aku terus tumbuh dan tumbuh sebagian bagian dari bangunan yang kita harapkan senantiasa dijagaNya. Kutahu, sedikit saja khilafku meski tersembunyi dengan rapi dalam hati bisa mendatangkan kemurkaanNya yang akan menghancurkan bangunan kita. Aku takut padaNya, karenanya aku selalu ingin menjadi bagian yang rapi. Jika suatu saat aku terseok dan bengkok, maka bangunan kita harus kembali dikokohkan. Karenanya kita ada dalam sebuah kebersamaan ini, sebab dengan bersama-sama akan memberi kekuatan untuk lebih mengokohkan, akan ada yang merapikan, akan ada yang melihat ke atas, ke depan, ke belakang, ke bawah hingga semua sisi selalu terpelihara. Sebagaimana kita selalu berdoa ”Ya Allah...berikan cahaya pada hatiku, berikan cahaya di hadapanku, dibelakangku, di samping kananku, di samping kiriku, di bawahku. Di atasku...Ya Allah...liputilah diri dan jiwaku dengan cahayaMu agar aku tahu kemana petunjukMu membawa langkahku”. Seperti sebuah tubuh, jika ada bagian tubuh yang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya. Begitu pun kita, jika ada seorang saja terluka, kita semua dapat merasakannya. Kurasa kita sepakat bahwa ta’liful kulub lah yang menjadi kekuatan itu. Keterikatan hati yang merupakan anugerah iman dariNya.
Kenapa aku memilihmu? Seribu alasan tak cukup untuk mengutarakan kesyukuranku. Terkadang hanya bisa kujawab, sebab semua yang kucari ada padamu. Meski keberadaanmu bukan segalanya bagiku, tetapi tanpamu segalanya tiada artinya bagiku. Maka kukatakan pilihanku adalah sebuah keniscayaan bagiku.

Kenapa aku memilihmu? Sebab kau tidak sekedar pilihanku tetapi engkau yang dipilihkanNya untukku dan tak ada alasan bagiku untuk menolak pilihanNya. Aku mengenalmu mulai dari pengetahuanku yang sangat terbatas hingga aku lebih sedikit memahamimu dan ingin terus menambah pemahamanku tentangmu sebagaimana engkau telah lebih dulu memahamiku. Engkau menempatkanku pada tempatku, dengan cara yang terkadang baru kupahami saat kudapati diriku telah jauh melangkah dan memiliki segala yang kubutuhkan. Padamu kurasakan ketentraman, keseimbangan dan sebuah kebutuhan untuk merasa dibutuhkan.

Kenapa aku memilihmu? Meski kutahu bahwa jalan yang kutempuh akan sangat panjang? Tak banyak yang bisa kuungkapkan selain keharuan saat mendapati satu kenyataan bahwa ketidaksempurnaan kita memang tidak mampu mengungguliNya. Itulah bukti bahwa hanya DIA Maha Sempurna. Kadang kita lelah, maka harus disemangati. Kadang kita sakit, maka harus diobati. Kadang kita lalai, maka harus diingatkan. Kadang kita layu, maka harus disiram. Sekali lagi, pilihanku memang bukan pilihan yang mudah. Pilihanku adalah pilihan yang penuh resiko, tak jarang onak dan duri kutemui. Tak sekali aku terjatuh. Biasa bagiku menghadapi cerca, tak mengapa bila sesekali mendapati maki. Tak sebanding dengan Qudwahku yang tetap sabar meski diludahi. Sesekali aku juga tertinggal sebab semua yang berada di sekitarku bergegas dan terus bergegas. Gerimis mengguyur hatiku saat pertarungan terberatku mempertahankan kekokohan hati dan jiwa agar menjadi penjaga yang kokoh harus terus kubangun. Sungguh, hal yang terberat adalah melawan diri sendiri. Maka pantas menurutku bila ganjarannya sama dengan mengikuti perang Badar yang dahsyat. Pada akhir malamku kutitipkan hidupku agar saat fajar menjelang aku melangkah seperti perintahNya dan mempercayakan diri, jiwa serta hatiku pada kuasaNya.

Kenapa aku memilihmu? Aku hanya bisa tersungkur sujud mengucap sejuta kesyukuran sebab engkau adalah pilihan yang paling tepat yang dipilihkanNya untukku. Semoga berada bersamamu menjadi kehidupanku hingga DIA menutup usiaku dan berkenan menjadikanku sebagai syahidah. Sebagaimana pilihan yang ditawarkanNya ”Hidup mulia atau mati sebagai syuhada”. (Rieve)

TENTANG SEPOTONG HATI

Untung Cuma ada satu hati dalam diri kita. Jika ada dua, apa jadinya? Dan yang satu-satunya itu pun susah sekali menjaganya. Bukankah demikian? Siapa pun dia, pasti pernah merasakan ulah si hati yang tidak selalu bisa sehat bila tak dijaga.

Ia rapuh, karenanya perlu disangga oleh yang Maha Kokoh, agar bila sewaktu-waktu jatuh tak perlu sampai roboh.

Ia rentan, mudah terserang penyakit dan virus. Karenanya perlu diselimuti oleh Yang Maha Menjaga, agar bila sewaktu-waktu iklim memburuk ia tak perlu sampai sekarat atau semaput.

Tapi ia juga bening dan mudah pecah, karenany perlu dibasuh berkali-kali dengan sentuhan lembut agar tak sampai berdebu dan pecah.

Ia menanggung banyak amanah, karenanya ruangannya harus lapang agar bila sewaktu-waktu isinya ditambah ia tak perlu dibedah.

Begitulah hati, racun sekaligus penawar, penyakit sekaligus obat, anugerah sekaligus amanah. Berat…namun wajib dibawa kemana-mana.

Demikianlah hati, yang memuat luka juga cinta, tawa juga air mata, sedih juga bahagia. Tempat berkca segala dosa. Tempat berhimpun setiap doa. Tempat berkata sepada Sang Maha.

Hati adalah penawar, jika ia teracuni maka rusaklah seluruh tubuhmu. Jagalah ia, sekiranya hal itu tak mudah.

Senin, 19 Mei 2008

ORANG-ORANG ROMANTIS

oleh : M. Anismatta

Qais sebenarnya tidak harus bunuh diri. Hidup tetap bisa dilanjutkan tanpa Layla. Tapi itulah masalahnya. Ia tidak sanggup. Ia menyerah. Hidup tidak lagi berarti baginya tanpa layla. Ia memang tidak minum racun. Atau gantung diri. Atau memutus urat nadinya. Tapi ia membiarkan dirinya tenggelam dalam duka sampai napas berakhir. Tidak bunuh diri. Tapi jalannya seperti itu. Orang-orang romantis selalu begitu : rapuh. Bukan karena romantisme mengharuskan mereka rapuh. Tapi di dalam jiwa mereka ada bias besar. Mereka punya jiwa yang halus. Tapi kehalusan itu berbaur dengan kelemahan. Dan itu bukan kombinasi yang bagus. Sebab batasnya jadi kabur. Kehalusan dan kelemahan jadi tampak sama. Qais lelaki yang halus. Sekaligus lemah. Kombinasi begini banyak membuat orang-orang romantis jadi sangat rapuh. Apalagi saat-saat menghadapi badai kehidupan. Misalnya ketika mereka harus berpisah untuk sebuah pertempuran. Maka cinta dan perang selalu hadir sebagai momen paling melankolik bagi orang-orang romantis. Mengerikan. Tapi tak terhindarkan. Berdarah-darah. Tapi tak terelakkan. Itu dunia orang-orang jahat. Dan orang-orang romantis datang kesana sebagai korban. Begitu ruang kehidupan direduksi hanya ke dalam kehidupan mereka berdua dunia tampak sangat buruk dengan perang. Tapi kehidupan punya jalannya sendiri. Ada kaidah yang mengaturnya. Dan perang adalah niscaya dalam aturan itu. Maka terbentanglah medan konflik yang rumit dalam batin mereka. Dan orang-orang romantis yang rapuh itu selalu kalah. Itu sebabnya Allah mengancam orang-orang beriman : kalau mereka mencintai istri-istri mereka lebih dari cinta mereka pada jihad, maka Allah pasti punya urusan dengan mereka. Tapi itulah persoalan inti dalam ruang cinta jiwa. Jika cinta jiwa ini berdiri sendiri, dilepas sama sekali dari misi yang lebih besar, maka jalannya memang biasanya kesana : romantisme biasanya mengharuskan mereka mereduksi kehidupan hanya ke dalam ruang kehidupan mereka berdua saja. Karena di sana dunia seluruhnya hanya damai. Di sana mereka bisa menyambunyikan kerapuhan atas nama kehalusan dan kelembitan jiwa. Itu sebabnya cinta jiwa selalu membutuhkan pelurusan dan pemaknaan dengan menyatukannya dengan cinta misi. Dari situ cinta jiwa menemukan keterahan dan juga sumber energi. Dan hanya itu yang memungkinkan romantisme dikombinasi dengan kekuatan jiwa. Maka orang-orang romantis itu tetap dalam kehalusan jiwanya sebagai pecinta, tapi dengan kekuatan jiwa yang tidak memungkinkan mereka jadi korban karena rapuh. Ketika kabar syahidnya syekh Abdullah Azzam disampaikan kepada istri beliau, janda itu hanya menjawab enteng, Alhamdulillah, sekarang dia mungkin sudah bersenang-senang dengan para bidadari…

Cinta PadaNYA

Maka...
tetaplah melangkah sebagaimana kita harus melangkah
tetap berjalan pada jalan yang memang harus kita tempuh
tetap berkata sebagaimana yang harus kita katakan
tetap tersenyum sebagaimana kesyukuran
mengguyuri hari-hari berwarna...terang...pun gelap
tetap mengharap karena DIA menyukai permohonan
tetap meminta karena DIA begitu ingin memberikan
tetap setia karena DIA demikian setia pula

Maka...
di sinilah kita hari ini
masih bersimbah air mata saat menemuiNYA
masih bermandi keringat saat ikhtiar masih terus diupayakan
dan akan terus berpegangan erat padaNYA

Maka...
Beginilah kita seterusnya
menuntaskan satu demi satu takdirNYA
dengan kerelaan
dengan kebahagiaan
dengan kenikmatan
mencecap 'iman'

Maka...
demikianlah kita seharusnya
terpana pada kekuatan yang dititipkanNYA
penuh cinta, padaNYA

BERSYUKUR

Oleh : Andika DJ, S.Sn.


Baitijannati. Anak yang baik dan lucu, segala kepolosan dan keluguan ada pada anak-anak. Mereka tidak biasa berbohong untuk mengekspresikan rasa syukur dia ketika dibelikan barang baru. Sebut saja ‘Nada’ seorang anak umur 6 tahun yang baru saja dibelikan ibunya sepatu obral di sebuah toko kelontong di sudut kampung. Dua pasang sepatu bagusnya yang dibeli di kota sudah lama rusak. Saat tidur sepatu barunya dibaringkan bersama dengan boneka kesayangannya.Pertama yang bisa kita lihat, sepatu yang baru saja dibelikan untuknya tidak berharga mahal tetapi dia tidak peduli dengan harga karena belum tahu mahal murahnya sebuah barang. Yang dia tahu, sepatunya baru! Kalau menurut dia bagus, maka baguslah…. beda dengan orang dewasa yang kadang aspek harga, brand, gengsi, yang menentukan keputusan dibelinya sebuah barang. Sehingga sifat sombong, boros, dan egois lebih melekat pada orang dewasa.
Kedua, didalam sifat polos anak-anak ternyata terkandung rasa syukur yang tinggi kepada Allah, walaupun barangkali belum nampak dalam kata-kata. Contoh; ketika Anda diberi sebuah barang oleh sahabat Anda, misalnya sebuah buku. Ketika Anda tidak membacanya apakah bisa dikatakan bersyukur? Anak-anak kadang memang bisa menjadi teropong evaluasinya orang dewasa. Perbuatan baik buruknya belum tercatat oleh malaikat. Kalau kita ambil pelajaran lebih dalam lagi, rasa ‘syukur’ yang dialami orang dewasa semestinya berkembang menjadi kekuatan untuk melakukan seluruh potensi pemberian Allah ini dengan hal-hal yang maksimal. Yang kadang tiap hari menjadi pertanyaan banyak orang. Prestasi apa yang sudah Anda capai sekarang? Anda memiliki segalanya. Pemikiran dan bentuk fisik yang sempurna. Sehingga kita tersadar betapa potensi yang diberikan Allah begitu besar belum termanfaatkan secara maksimal.Siapa yang tidak kenal Louis Amstrong seorang pembalap sepeda menjuarai 7 kali dan 6 kalinya didapat secara berturut-turut. Tour de france lomba balap sepeda paling ganas didunia dengan memakan waktu 26 hari setiap lombanya. Apa kelemahan yang dimiliki Louis? Dia pengidap kangker. Kekurangan apa lagi yang dimilikinya? Dia pengidap polio sejak lahir. Orang dengan kekurangan yang dia punya, semestinya memilih olahraga catur atau bridge atau main game aja dirumah tidak usah sering keluar rumah, percuma. Tetapi tidak untuk Louis!.
Helen Keller, seorang mahasiswi yang tuli, buta dan memiliki kesulitan wicara. Telah menulis beberapa buku dan telah menjadi pembicara di 49 negara. Trus… tidak usah jauh-jauh, Kuntowijo sastrawan jogja yang tetap produktif paska stroke untuk menulis buku walaupun hanya dengan dua jari telunjukknya.Kita sudah sepantasnya malu…. malu…. dengan pemberian dari-Nya yang sempurna. Prestasi apa yang sudah kita buat. Dan masih banyak lagi yang bisa kita ambil ‘ibroh’ dari cerita diatas.Wallahu A’lam….. (www.baitijannati.wordpress.com

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?