Mencoba memaknai hari-hari

Selasa, 30 Desember 2008

Maaf dan Terimakasih

Bertahun-tahun yang lalu, hampir enam tahun yang lalu mungkin ketika kata-kata yang diucapkan seorang teman kos ini mulai merilis rekamannya dalam benakku menjadi memory otak tersendiri yang kemudian menjadi sangat spesial buatku. Masih di Karangmalang Blok A waktu itu dan musim kemarau serta persediaan air di bumi karangmalang seolah amblas meresap-resap ke dasar bumi sehingga air menjadi barang langka yang luar biasa di kosku, bahkan sekedar untuk mandi pun harus migrasi ke masjid kampus.
"Hanya ada dua kata yang opaling indah di dunia ini yaitu maaf dan terimakasih", katanya.
Bertahun-tahun kemudian aku mencoba menyepakati kalimatnya. Menurutku masih banyak kata-kata lain yang tak kalah indah, syukur misalnya. Atau cinta, atau sayang, atau ... atau... dan seterusnya. Tapi pada akhirnya aku memang menyepakatinya. Betapa dua kata yang diucapkannya tadi adalah kata-kata terindah yang pada kenyataannya kubuktikan dalam larik-larik hidupku. Kucatat: tidak banyak orang yang memang mampu mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Entah mungkin karena sudah terlanjur bersampul kekecewaan, aku kadang bahkan tak mendapatinya. Atau juga mungkin karena terlanjur berbahagia, aku kadang juga tak menemuinya. Rectoverso yang tak melahirkan apa-apa dalam filosofiku. Tapi justru disitu letak harganya, di situ kualitas kemanusiaannya dibuktikan, dan di situlah letak indahnya. Banyak orang merasa bersalah lalu mencari-cari kesalahan rivalnya hingga pada akhirnya kesalahannya hanya menjadi buih di lautan. Hilang tak berbekas, tak menyisakan pelajaran. Banyak juga orang yang diuji dengan keberuntungan, tapi tak menyadari posisinya hingga keberuntungan itu pun tak menyisakan apa-apa. Hanya debu yang beterbangan. Tak ada harganya.
Sejarah. Itu adalah konsekuensi logis dari perjalanan waktu. Mau tidak mau pasti ada yang kita rekam dalam kaleidoskop kehidupan. Sedikit banyak selalu ada yang tak bisa terlupa. Kadang berupa kebahagiaan dan kadangkala juga sebaliknya. Tapi betapa pun heroiknya yang tertulis di sana, tak semua orang juga bisa memahaminya. Seperti rentetan tulisan-tulisan kita juga tak semua orang bisa mengerti maksudnya. Tapi aku yakin selalu ada orang yang mengerti meski hanya satu dua. Cukuplah itu, dan di situlah juga letak harganya bahwa level koneksitas antara setiap orang tidak sama, tergantung pada berapa besar energi yang dikeluarkannya dengan sungguh-sungguh dan bukan pada seberapa sering ia menciptanya.
Maka ketika hari ini aku mengenang kata-kata yang kudengar enam tahun silam itu, itu juga menjadi salah satu titik sejarah bagiku, dimana aku mulai menyadari betapa berartinya sebuah ketulusan. Kata 'maaf', betapapun sering diucapkan tapi akan membuahkan kesalahan yang terulang jika tidak ada ketulusan di dalamnya. Pun dengan 'terimakasih', kadang terlupa menyampaikannya karena memang tidak ada ketulusan saat mendapati momen-momen yang seharusnya menggunakan kata itu.
Banyak orang selalu beralibi bahwa ia lupa lah, buru-buru lah, terlalu lelah lah, banyak pikiran lah dan lain sebagainya. Tapi cobalah lihat kembali, berapa berat sih sekedar mengucapkan 'maaf'? Dan berapa lama sih sekedar mengucapkan 'terimakasih'? Padahal setiap orang yang mendengar kata-kata itu seolah mendapatkan obat yang menyembuhkan banyak hal, bahkan mungkin menelurkan kesadaran. Pada akhirnya aku sadar bahwa setiap orang memang pada dasarnya memiliki sisi egosentris. Tidak terkecuali anda dan juga aku. Maka tak heran jika ada saja orang yang lupa pada orang-orang dekatnya, tapi justru itu juga jalan untuk menemukan siapa sebenarnya orang-orang yang tulus hatinya yang berhak disebut 'saudara' seperti seharusnya seorang saudara.

Senin, 29 Desember 2008

So, here it is...

Kita sudah sampai di penghujung 2008. Bersamaan pula dengan akhir tahun 1429 Hijriyah. Sudah penuh sesak rekam jejak tahun ini mengisi kepala. Ada segalanya di sana. Seperti bioma, semua peristiwa membentuk nama untuk tiap detail peristiwa yang menghuninya sepanjang waktu. Sejak awal tahun lalu tentu sudah sangat kaya seharusnya kita, kaya dengan kebijaksanaan. Kaya dengan pelajaran hidup. Kaya dengan penyikapan. Sudah sampai kemana-mana kita melanglang buana, menelan segalanya yang kita ingini maupun sebaliknya. Jadi sebenarnya sudah sampai di mana kita merekamnya. Mungkin ada yang perlu kita edit di akhir tahun ini agar tak perlu terulang yang tidak perlu sebab hanya akan membubuhkan kesia-siaan. Mari berbernah!

Minggu, 30 November 2008

TABIAT JIWA MEMANG BEGITU

Tidak banyak kejadian seperti itu, ketika engkau bertemu dengan orang-orang yang sama dalam hidupmu. Tetapi kejadian itu ada. Tidak selalu menyisakan perih, justru kadang membuatmu banyak bersyukur, justru kadang membuatmu tertawa, menertawakan sepenggal perjalanan hidup yang konyol. Dan di situlah justru nilainya. Belajar dari kekonyolan yang akan membuatmu tumbuh dewasa.

Sungguh tidak banyak kejadian seperti itu, ketika engkau bertemu dengan sejumlah orang yang memiliki urusan yang serupa denganmu suatu saat dalam kehidupannya. Entah itu menjadi bagian masa lalunya, atau engkau sendiri yang mengalami kejadian itu di masa kini, atau justru kalian memiliki masa lalu yang sama dalam kurun waktu yang berbeda. Sekilas memang tampak plantonik di sini. Sebagian bersinergi dengan dengan melankolis. Tapi cobalah lihat: ternyata ada kesaman watak dari orang-orang yang kalian temui. Seperti juga kesamaan sifat yang kalian miliki. Barangkali karena sifat yang ada dalam diri kalian itu mengundang orang-orang yang sama bertendensi. Ah, sekilas memang terlihat rumit dan tak hendak dipelajari, karena begitu dikuak sedikit, terbukalah seluruh rumus kerumitan itu, yakni bahwa engkau memiliki kesamaan takdir meski tidak melulu berujung sama.

Takdir, sungguh tak bisa dianalisis dengan metode hereditas apapun, atau juga tak bisa diungkap oleh teori metafisika yang paling mumpuni sekalipun. Bahkan justru mendekatkanmu pada kekafiran jika ilmu-ilmu itu tidak selaras dengan iman. Itu sebabnya Allah mengingatkan manusia akan keterbatasan ilmunya sekalipun menembus tujuh lapis langit tak kan mampu menguak ilmuNYA dengan utuh.

Pada suatu kesempatan Rasulullah bersabda: “Jiwa-jiwa itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan. Bagi yang saling mengenal di antara mereka pasti akan saling bertemu dan menyatu. Dan bagi yang tidak saling mengenal di antara mereka pasti akan saling menjauh dan terpisah”.

Dan begitulah memang nyatanya tabiat jiwa. Memiliki kecenderungan untuk mengenali yang sama hajatnya, yang sesuai sifatnya, yang mencukupi kebutuhan jiwanya. Makanya tidak banyak yang disebut sahabat dekat apalagi saudara. Sebab keterikatan itu pada fitrahnya memang begitu.

Tapi juga tak cukup sampai di situ. Persaudaraan itu dalam tingkat terendahnya adalah berbaik sangka kepada saudaranya. Di sini tidak berlaku praduga beraroma nafsu, tidak juga iri dengki apalagi dendam. Yang berlaku hanyalah khusnudzon dan selalu demikian. Sementara dalam tingkat tertingginya adalah itsar, mendahulukan saudara di atas kepentingan sendiri. Dan di sini semua sakit hati pupus lenyap dicover ridho. Selesailah semua masalah. Tidak ada kedongkolan. Tak mudah memang. Selalu ada ganjalan bernama luka jika tak segera diawasi oleh iman yang luar biasa. Iman yang senantiasa memenangkan Allah di atas segalanya. Bahkan seluruh yang melekat pada tubuhmu, juga seluruh yang kau punya bahkan nyawamu. Sebab itu saja sebenarnya milikmu. Ketika engkau kembali kepadaNYA, sebagaimana engkau lahir dulu, sama-sama tak berbusana kecuali selembar kafan yang itu pun hutang dari kepedulian saudara-saudaramu mengurus jasadmu. Itulah akhir bekal kita di dunia. Setelah itu… setelah itu… pernahkah terpikir oleh kita, bagaimana kita menghadapi pengadilanNYA.

Maka tanyakanlah kepada orang-orang yang sayapnya patah, barangkali ia sedang lupa bahwa kelak ia akan kembali kepada Sang Pencipta, tempat bermuaranya segala urusan.

Minggu, 05 Oktober 2008

Aku Memlih MemenangkanMU

Ya Allah....
Aku memilih memenangkanMU
atas hawa nafsu, amarah dan keinginan duniawiku
Ya Allah...
Aku memilih memenangkanMU atas dukalara ini
Ya Allah...
Aku berusaha memenangkanMU atas segalanya
Ya Allah...
Aku memilihMU atas segalanya
Ya Allah...
Bukankah ENGKAU tidak pernah mengecewakan seorang pun dari makhlukMU?
Ya Allah...
tidak setitik pun kebahagiaan kecuali bersusah payah meniti ridhoMU
Ya Allah...
kuatkan aku...

Senin, 15 September 2008

SAHABATKU KECEWA

Sahabatku kecewa,
tidak diterima di Fakultas Kedokteran,
sekarang alhamdulillah menjadi konsultan sangat diperhitungkan di beberapa rumah sakit standar internasional

Sahabatku kecewa,
mau menikah dengan pramugari tapi ditolak karena waktu itu dia belum menjadi manusia yang layak untuk menjadi suaminya.
Alhamdulillah sekarang menjadi penyewa pesawat untuk rute beberapa kota, dan punya karyawan banyak termasuk pramugari.

Sahabatku kecewa,
karena droup out dari salah satu perguruan tinggi terkenal, karena waktu itu harus kuliah sambil kerja. Bahkan pernah dipanggil ketua jurusan dan diajukan dua pertanyaan yang sangat memojokkan dirinya yaitu mau kuliah atau mau kerja? Padahal temanku ini bekerja sebenarnya untuk biaya kuliah.
Alhamdulillah, sekarang dia sudah menjadi rektor di perguruan tinggi terkenal yang dibuatnya sendiri.

Sahabatku kecewa,
tamat SMU, mau dinikahi oleh seseorang yang sudah lulus S-2 di bidang bisnis (MBA), sudah mau dinikahi, tapi ditinggalkan begitu saja.
Alhamdulillah sahabatku ini, sekarang sudah jadi dokter spisialis dan pernah juga membantu istri calon suaminya yang pada waktu itu sedang memerlukan perawatan khusus.

Sahabatku kecewa,
sebab sudah bekerja bersungguh-sungguh, dihari ulang tahunnya mendapat hadiah dipecat tanpa alasan yang jelas sebab dipengaruhi oleh fitnah.
Alhamdulillah, sekarang punya perusahaan sendiri, dan punya kebijakan yang luar biasa, yaitu tidak mau memecat siapapun yang menjadi karyawannya.

Sahabatku kecewa,
sebab tidak bisa mengucapkan huruf “r” dengan jelas, semua temen-temennya sering mengolok-ngolok,
alhamdulillah sekarang dia menjadi dosen bahasa inggris dan ahli dibidang pengajaran bahasa inggris bagi sahabat-sahabat lain yang mau kuliah di luar negeri.

Sahabatku kecewa,
pernah ingin menjadi tutor agama di salah satu perguruan tinggi terkenal, namun hasil tes membaca Al-Qurannya pada waktu itu tidak memenuhi stadar yang dibutuhkan.
Alhamdulillah sekarang sudah menjadi pimpinan pesantren berstandar internasional.

Banyak sahabatku yang kecewa dan sampai sekarang juga masih kecewa, sehingga mereka menjadi sakit-sakitan karena berselimut kekecewaan.
Tapi banyak juga sahabat-sahabatku yang kecewa penuh keindahan, sehingga mendapat rizki berkelimpahan “tentunya bukan hanya sekedar uang”, sehingga hidupnya lebih bermanfaat.

Sahabat ku

Berani bersahabat dengan kekecewaan yang produktif ? Atau menjadi mati potensinya karena terbebani aneka kekecewaan.

Berani hadapi tantangan??? Bagaimana pendapat sahabat!!!

WHEN U

When you see people around you
So much suffer and don't know what to do
Think about their sadness
Think about their pain that seems in their eyes
Are you gonna start to give them help
To give a new hope and try to shine their life
Would you share your happines
And make them smile again like othersReff.
Cause its time for usTo start giving
To show them we care
Strengthen them up
Reach their hands.

And show them
They're not alone

Let's hold on together
Let's help other
To live better
Happily ever after.

Jumat, 05 September 2008

Hingga Dhuha Menyapa Indah

Seperti biasa.
langkahmu kerap kali lunglai mengawali hari, lalu kau ingat beribukali zikir tadi pagi. Jangan sampai nikmat Qiyamullail pupus begitu saja saat keenggananmu berangkat kerja mengguncang dada. Susah payah kau lukis rona pelangi pada wajahmu. Kadang kau berceletuk
"Lha, pelangi kan meniskus : melengkungnya ke atas. Kalau senyum harus melengkung ke bawah. Mana bisa disamakan".
Dan sekali lagi kau menghela nafas. Tak tega semburatkan keluh pada tatapan ibu yang setia mengantarmu dengan senyuman. Atau juga betapa kau tak rela menggores pedih pada harapan ayah. Meski hatimu masih saja berangan tentang hari-hari indah nun jauh di sana, bukan di sini. Tak mengapa, katamu. Bukankah ridhomu menjalani hari-hari ini adalah bakti buat mereka, ayah bundamu. Dan bahagiamu adalah bila mereka bahagia.
Sepanjang jalan kau bernyanyi. Lagu apa saja. Mulai dari balonku ada lima sampai Indonesia raya. Bila kau sudah sangat muak pada ritme hidupmu. saat ditanya kau hanya menggelitik jawab : nasionalis, cinta negeri. Kau sebut itu futur. Sebab kau tahu dirimu lebih suka memurajaah satu dua ayat hafalan Al Qur'an, atau sekedar mendendangkan syair-sair nasyid pelepas lelah.
"Sahabat...duniaku kini tiada ceria. Hilang entah kemana. detik-detik yang kulalui penuh duri..." dan suaramu lenyap bersama angin lantas terlupakan begitu saja. Selanjutnya kau hanya menangis, mengenang lembaran-lembaran indah di masa lalu saat semangat masih membara.
Ya, kau cukup sadar diri. Kau hanya sebatang ranting yang tersembunyi di antara rimbun dedaunan di hutan. Meski citamu masih saja menggelitik langkahmu untuk menggoreskan meski hanya segores titah di pasir pada pantai yang landai, sekedar mengucapkan salam yang indah pada dunia yang haus keramahan.
Setiap kali menatap laut kau berharap bisa arungi luasnya, agar luasnya juga menularkan luas pada jiwamu. Agar meretas ikhlas menyingkap harimu. Agar yang semu pupus saja sudah berganti nyata. Bahwa kau nyata bahagia dengan semua. Kau tergetar saat membahas rukun iman di hadapan anak-anak yang masih buta agama, hujan kian deras menerpa wajahmu. Sudahkah kau juga tuntaskan keimanan, bahwa kau percaya pada Tuhan yang menguasai segala hingga semestinya kau ridha...ridha...dan tak kan membekas aluka apapun pada hatimu saat duri-duri menusuk hati. Bahwa semestinya kau tak perlu kecewa bila takdir kadangkala tak seperti harapmu. Bukankah segalanya adalah kuasaNya.
Laa tahqof walaa tahzan. Kau hapus airmatamu. Mencoba membagi riang pada mereka yang setia menantimu setiap hari meski kadangkala saat kau tiba, pakaiamu berlumur lumpur sebab jalanan becek yang kau lewati. Lupakanlah sejenak mimpimu tuk menapak bagian bumi yang lain yang kau rindukan. Tahukah kau bahwa keberkahanNya tergantung pada kesungguhanmu menggoreskan ikhtiar.
Maka bertahanlah. Setialah bangun sebelum mentari menyapa kokok ayam agar kau bisa bercengkerama denganNya lebih lama hingga kau selalu merasa ada DIA yang setia menemanimu, menjagamu dan menuntunmu. Saat gerimis pagi ini meneteskan bait-bait doa, membumi bersam air, lalu mengangkasa bersama angin. Pintamu buncah dalam lamat-lamat zikir, menyangga harapmu yang patah. Mengeja takdir yang katanya bisa diubah dengan doa. saat keningmu menyentuh sajadah dan jiwa melangit indah. Pada larik-larik gerimis terbaca: Aku memintanya Tuhan. Dhuha terasa indah sekali kali ini dalam nafasmu. Kau lanjutkan melangkah. Apa kabar, hari ini???

Dialog Maya

Harusnya kau tahu,
bahwa yang kau simpan rapi
teramat rapi
tak seorang pun tahu
bahwa ia ada di sana

Tapi tidak dengan-Nya
DIA tahu yang tersembunyi
Kau yang lelap dalam harap
semata harap
yang lantas membuat senyap

Saat DIA jauhkan kembali yang telah dekat
kau tercekat
tersadar kuasa-Nya mampu
membuat segalanya ada
atau meniadakan segala
Lalu...
kau kembali tersungkur sujud
pintamu buncah dalam lamat-lamat zikir

Tuhan...
aku bertanya
masih bolehkah ia meminta sekali lagi
agar jalannya lebih rapi
agar yang tersimpan rapi tak membuatnya menepi

Sebutir Hujan

Dan
riaknya menggerutu dalam diamku
Aku beriak
saat sebutir hujan
mengusik heningku

Piasnya terserak ke tepian,
menyapa pasir yang memagari pantai
Landai...
Luruh lagi dibawa ombak ke lautan
Tak berasa
tenggelam
Lalu hilang
bersama angin,
Terlupakan begitu saja

ia berkata :
sudahlah

Sabtu, 30 Agustus 2008

PERSIMPANGAN

Ternyata tidak mudah untuk memilih akan kemana melangkah bila dihadapkan pada beberapa pilihan. Tapi pilihlah yang pasti benar.
"Shirathal mustaqiem"
Bismillah...
sebab hidup tidak sekedar berupa rangkaian waktu
tapi juga rangkaian zikir yang menjadikan segalanya bernilai indah.
Maka, melangkahlah...pada titianNYA saja

gempita ramadhan


Minggu, 17 Agustus 2008

Mohon maaf lahir dan batin

Biarkan semua berlalu dengan waktu
segala kepedihan pasti akan luruh bersama keikhlasan
sebab ikhlas berarti tidak peduli apapun,
kecuali mengharap keridhoanNYA.
mari saling mengikhlaskan segenap khilaf yang barangkali sempat menoreh luka
atau sederet salah yang menggores hari-hari
mengundang air mata
dan seutas perih di hati

Kini saatnya berbenah diri, bersihkan hati, sucikan niat
agar jiwa kembali bening menghadap illahi
arungi Ramadhan penuh ketaqwaan

Selamat menyambut bulan suci Ramadhan
semoga ramadhan kita lebih baik

Mohon maaf lahir dan batin

Menjemput Ar-Rayyan

Selamat Datang Bulan Ramadhan. Bulan Taubat dan Keridhaan. Bulan Perbaikan dan Iman. Bulan Shadaqah dan Ihsan.Bulan Pengampunan dari Ar Rahman. Bulan Berhiasnya janaan (Surga). Bulan dibelenggunya syaitan. Didalamnya berhembus Ruh, karena dialah bulan Kemenangan. Selamat wahai yang berpuasa di dalamnya. Meninggalkan makan dan minum. Bergembiralah orang yang menghidupkan malamnya. Dan mengikuti imam shalatnya.
Hati berpuasa di bulan Ramadhan, bahkan dari lintasan kemaksiatan dan rencana permusuhan dan pembangkangan. Mata berpuasa dari melihat yang haram. Mata yang tunduk takut dari Penguasa Alam. Maka, bola matanya tak jatuh pada dosa. Telinga berpuasa dari pengkhianatan. Dari mendengarkan lagu. Diam mendengarkan Dzikir akan kekuasaan Al Hakiim dan perkataan Al Kariim (Al Qur’an). Lisan yang berpuasa dari kata kata kotor. Dari kalimat yang keji. Dari Ungkapan jorok. Demi menjalankan syariat. Tangan berpuasa dari menyakiti sesama. Menghilangkan kerusakan. Mengusir kedzaliman dan pembangkangan. Melenyapkan perusak bangsa. Kaki berpuasa dari perjalanan menuju yang haram. Maka, tak ada jalanan baginya yang mengarah pada dosa. Tidak akan dia melangkahkan kakinya ke sana,
Tidakkah datang waktunya untuk para pelaku maksiat untuk berenang-renang di sungai Ramadhan? Belumkah tiba saatnya bagi mereka untuk membersihkan jasad dari dosa. Mencuci hati dari keharaman yang menempel dalam hati. Tidakkah tiba waktunya bagi orang yang selama ini menolak kebenaran untuk masuk ke pintu orang-orang puasa? Menghadap kepada Rabb alam semesta. Untuk mendapat keridhaan pada kedudukan yang terpercaya.
Sungguh Ramadhan adalah kesempatam usia yang mahal. Musim dagangan yang tinggi keuntungannya. Hari diagungkannya berbagai kebaikan. Waktu dihapuskannya segala keburukan. Saat dihilangkannya berbagai kesalahan. Mari lepaskan pakaian kemaksiatan di bulan Ramadhan. Maka Allah akan mengenakan pakaian hamba-Nya dengan pakaian keridhaan. Allah akan memberi kebaikan untuknya dengan taubat yang bisa menghapus dosa yang telah lalu.
Di bulan Ramadhan terdapat bermacam kemenangan untuk kita, perang besar kita, dan keunggulan kita. Di bulan Ramadhan turun kepada Rasul kita yang mulia. Itulah rahasia kemuliaan kita yang sangat agung. Di bulan Ramadhan bertemu dua pasukan. Pasukan dari Yang Maha Rahman dan pasukan dari syaithan. Dalam peperangan Badar Kubra, saat keimanan diberatkan timbangannya oleh Allah swt, dan dikalahkannya pembangkangan terhadap kebenaran dengan kerugian yang tiada tara.
Di bulan Ramadhan ditaklukkanlah Makkah dengan Islam. Di hancurkannya berhala, ditinggikannya panji-panji tauhid dan dihormatinya bendera halal dan haram.
Di Ramadhan saat terjadinya perang Hithin yang begitu hebat. Dibulan ini terjadi hari kemenangan Shalahuddin yang gemilang. Saat kalimat tauhid berkibar-kibar dan bendera salib menjadi yatim.
Puasa jiwa di bulan Ramadhan adalah pagar dari penyimpangan, keberpalingan dan keberlebihan. Jiwa ini ingin kembali. Hati ini juga ingin merasakan kekhusyu’annya. Tubuh sudah menghendaki untuk tunduk. Dan mata sangat senang dengan mengeluarkan air mata.
Bagi bulan Ramadhan ada kehormatan yang tanpa celaan. Tidak ada ghibah (membicarakan keburukan orang lain). Tidak ada namimah (mengadu domba). Tidak ada caci maki. Tidak ada kata-kata kotor. Tidak ada kata-kata keji. Yang ada hanyalah dzikir dan istighfar. Andai seseorang mencacimu di bulan ini, katakanlah,” Aku sedang puasa) aku tak punya waktu untuk berkelahi. Aku tak punya kesempatan untuk mengeluarkan kata-kata kotor. Karena jiwa telah diikat dari kesalahan dan telah dibelenggu dari kemaksiatan dengan tali yang kuat. Jika engkau ingin dibunuh di bulan Ramadhan, katakanlah “Aku sedang puasa”, maka aku tak membawa senjata. Karena aku sedang berada dimusim perbaikan, di medan kemenangan dan dimihrab yang mengajak pada kemenangan.
Dahulu orang-orang shalih, jika memasuki Ramadhan, mempebanyak bacaan Al Qur’an, mempersering dzikir di setiap waktu. Maka kenakan pakaian taubat dengan istighfar. Karena selama ini mereka tahu, tangan kemaksiatan telah mencabik-cabik pakaian dirinya. Maka bulan ini adalah bulan pertolongan untuk hati yang telah ditarik oleh dosa.
Ramadhan mengingatkanmu dengan orang-orang lapar. Memberitahukanmu bahwa disana ada orang-orang yang begitu menderita. Bahwa didunia ini banyak orang miskin. Agar engkau menjadi orang yang selalu membantu saudara-saudaramu sesama muslim. Bergembiralah saat berbuka. Karena telah ada hidangan pengampunan setelah engkau dengan baik menjalani puasadi siang harinya. Berbahagialah saat bertemu Tuhanmu. Jika Dia telah mengampuni dosamu dan meridhai hatimu.
Sebagaian salafushalih sering berada di masjid di bulan Ramdhan, membaca Al Qur’an dan beribadah, bertasbih dan bertahajjud. Sebagaian mereka banyak bersedekah dibulan Ramadhan tiga kali lipat. Karena mereka tahu kebaikan sedekah akan mengusir dan menghapus keburuka. Sebagaian mereka menahan lisannya dari semua kemungkaran. Membiasakannya selalu berada dalam dzikir dan menyibukkan dengan kesyukuran.
Salam untuk mereka yang berpuasa, disaat duduk di waktu sahur. Mengulang-ngulang istighfar, mengeluarkan air mata penyesalan, Salam untuk mereka saat terbitnya fajar dan tetap tamak terhadap ganjaran Allah swt. Engkau lihat mereka begitu khusyu’ dalam shalat mereka dan begitu tunduk kepada Allah swt.
Salam untuk mereka saat datangnya waktu berbuka. Mereka duduk dihadapan hidangan Tuhan Yang Maha Pengampun. Memohon pahala atas apa yang meraka lakukan sepanjang siang
Di kutip dari buku “Berteduh Ditaman Hati” karya Dr. Aidh Al Qar ni

Kamis, 07 Agustus 2008

Apa Kabar, Hati

25 hari menuju Ramadhan...

Apa kabar, hati...
Semoga tak terlena dalam fana yang bingar
Semoga tlah usai gemuruh yang menghempas
Semoga tlah surut deras isakmu
Semoga tlah berdamai dengan takdir
semoga tlah terukir hari baru
Semoga tlah terakit kembali azzam yang tercerai berai
Semoga tlah kembali kau hadirkan ruang yang bening
agar kita bisa berkaca diri
mematut kata
menata langkah
memeta arah
yang mungkin hilang...
tertinggal...
dan bahkan sekarat dalam kelalaian
Apa Kabar, hati...
sekeping doa untukmu
pada penghujung malam yang kembali kita nyalakan
dengan cahaya keikhlasan
Ia berujar...
Begadangnya mata ini Rabbi
jika bukan untuk wajah-Mu
adalah sia-sia
Dan isak tangisnya
jika bukan lantaran kehilangan diri-Mu, Illahi
adalah kebatilan semata

Mangrove

read more http://byavasains.blogspot.com/2008/07/komunitas-mangrove-indragiri-hilir_18.html

Sabtu, 02 Agustus 2008

Dia-lah Allah! Tempatmu Bergantung!

Saudaraku,
Saat gusarnya hati melanda, terasa sulitnya jalan keluar terbuka, seolah tak terasa satupun keteduhan di mata, siapakah yang kita cari dan pinta? Saat semua wajah bermuram durja, kehangatan persaudaraan terasa hampa, kebencian di hati senantiasa membahana, siapakah yang berkuasa membalik duka?
Saudaraku,
Dialah Allah SWT!
Tuhan Yang Maha Pemurah, yang kasih-Nya tiada terbatas terhadap seluruh makhluk-Nya.
Dia-lah Allah SWT!
Yang Rahmat-Nya senantiasa mendahului murka-Nya.
Dia-lah Allah SWT!
Tuhan Yang Maha indah dengan segala keindahan-Nya, yang mengutus seorang teladan terbaik bagi dunia, Rasulullah Muhammad SAW, yang keagungan akhlak beliau disebutkan sendiri oleh Allah SWT. Tiada Dia mengutus beliau selain sebagai Rahmat untuk semesta alam, yang rasa sayangnya terhadap umatnya tiada terhingga, yang pengorbanan kita dan beliau tak akan pernah mampu diukur rata.
Sesungguhnya Dia-lah Allah SWT!
Yang senantiasa rindu untuk mendengar pinta hamba-hamba-Nya…
***
Ya Allah,
Tuhan yang mengutus Baginda Rasulullah terkasihPalingkanlah selalu hati kami hanya kepada Engkau dan Rasul-MuJanganlah biarkan kebencian merasuk di hati kamiMeski terbersit sekedar sekejap waktu
Ya Allah,
Tuhan Yang Maha Memelihara setiap insanBetapa kami lupa untuk selalu melihat ke dalam diriSemut di seberang begitu terang dalam pandanganSedangkan gajah di pelupuk mata sedikitpun tak teramati
Ya Allah,
Terlalu lama kami lupa ‘tuk kembaliSelalu terbuai dengan nikmatnya egoisme diriPadahal kubur kami senantiasa menantiseolah kematian berada digenggaman kami
Ya Allah,
Tuhan Yang berkuasa menyelamatkan nabi Yunus dari gelapnya perut ikanTuhan yang berkuasa mendinginkan api yang membakar Sayyidina Ibrahim ‘alaihissalamKeluarkan kami dari kehinaan memperturutkan hawa nafsuKeluarkan kami dari cinta dunia yang mencegah kami menggapai taatSelamatkan kami dari derasnya arus kebencian para pendengkiHujani kami dengan butiran hidayah dan Rahmat dari-Mu
Ya Allah Ya Salaam, tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zhalim…
***

Akhir Perjalanan

Saudaraku,
Sesungguhnya pergiliran itu akan terus berlaku. Sesungguhnya gerakan kehidupan ini akan sampai pada titik akhirnya. Apapun yang bernama makhluk bernyawa di dunia ini, pasti akan segera kembali kepada pemilik sejatinya.
Saudaraku,
Tidak sadarkah kita, bahwa ada satu hal yang begitu dekat dengan diri kita? Tidak sadarkah kita, bahwa sesungguhnya satu hal ini akan segera mendatangi kita? Benar. Dialah kematian. sesuatu yang dekat dan pasti akan menghampiri setiap makhluk bernyawa di permukaan bumi ini. Siapapun tidak akan mengetahui kapan dirinya akan dihampiri olehnya. dan siapapun tak akan sanggup untuk menangguhkan kehadirannya ketika ketetapan itu benar-benar telah sampai pada setiap jiwa.Saudaraku,
Tidak ada alasan bagi kita untuk menghindarinya. Tidak saudaraku! Tidak ada tempat bagi kita untuk bersembunyi dan mencoba lari darinya meskipun mencoba masuk ke dalam lubang semut yang kecil dan dalam sekalipun. Saat akhirnya giliran itu tiba, maka terputuslah setiap kelezatan yang selama ini pernah kita rasakan. Semua organ tubuh kita yang ada akan berhenti bekerja. Tak akan ada lagi mata yang dahulu mampu melihat. Tak akan ada lagi bibir yang dahulu fasih berucap. Tak ada lagi telinga yang dahulu mampu mendengar, dan tak satu kelebihan pun yang dahulu pernah kita banggakan akan terlihat pada saat itu. Yang tampak kini hanyalah sesosok jasad yang pucat, dingin dan terbaring kaku, di tengah tangisan keluarga tercinta yang pernah bersamanya. Kini, tak ada satupun yang pernah ia usahakan selama hidup, ikut menemani dan berangkat bersamanya. Bahkan, tak ada satu anggota keluarga pun yang bersedia menemaninya di pembaringan terakhirnya yang gelap dan sempit nanti.
Saudaraku,
Sesungguhnya tak ada yang akan menemani diri kita dalam kesendirian di alam kubur nanti selain amal sholeh yang pernah kita lakukan selama hidup. Sesungguhnya, tak ada yang akan menerangi gelapnya pembaringan kita nanti selain perbuatan baik yang pernah langgeng selama di dunia. Dialah yang akan menjadi teman sejati dan penghibur diri kita nantinya.
Saudaraku,
Bukan panjang atau pendeknya umur yang menjadi ukuran dalam perjalanan hidup ini. Bukan pula setumpuk harta dan segudang kemewahan yang akan menjadi bekal dalam perjalanan menuju tempat peristirahatan abadi nanti. Semua itu tidak lain merupakan sarana yang semestinya mampu kita sikapi dan manfaatkan dengan baik untuk dapat mencari keridhoan-Nya, dengan menggunakannya untuk mempermudah beramal sholeh dan memperbaiki diri.
Saudaraku,
Mari kita renungi bersama sisa usia yang masih diberikan-Nya saat ini. Semoga amal sholeh yang langgeng senantiasa menghiasi sisa usia kita, dimana kemanisan ketaatan tetap dapat mengiringi ketika giliran itu akhirnya tiba dan menghampiri, dan kita pun menghadap-Nya dalam keadaan yang baik, husnul khotimah. Insya Allah..
Allahumma inna nas aluka husnul khotimah, wa na’udzubika min su’il khotimah..

MEANING

MEMBERI MAKNA-MAKNA
Oleh: Izzatul Jannah
Alangkah bahagianya seorang laki-lakiyang memiliki istri sebait puisiItulah sepotong kalimat yang nyasar di ponsel saya. Jika Anda menjadi saya, apakah yang Anda pikirkan pada saat itu? Jika Anda seorang perempuan dan Anda seorang yang cukup sensitif terhadap kata-kata indah, mungkin Anda akan Gede Rasa dan mengira seseorang (yang Anda asumsikan laki-laki karena ia berbicara tentang istri) yang menuliskan itu bermaksud mengatakan bahwa: ia menginginkan seorang istri dan istrinya haruslah indah dan dalam seperti makna sebait puisi, dan mungkin ia adalah Anda (sebab kalimat itu muncul di ponsel Anda, bukan?). Tetapi jika Anda seorang perempuan yang tidak mengerti puisi dan menganggap dunia imajinatif dan kata-kata romantis adalah wasting time, mungkin Anda akan langsung menghapus kalimat itu, mungkin sambil sedikit menggerutu.Nah, bagaimana jika Anda adalah seorang pria lajang yang belum menikah, mungkin Anda akan berpikir hal yang sama dengan si penulis kalimat, atau sebaliknya bertanya mengapa harus puisi? Mengapa bukan seindah taman surga, atau secantik bidadari? Karena Anda tidak mengerti puisi. Tetapi satu pertanyaan menggelitik, tepat jugakah perumpamaan seindah taman surga atau secantik bidadari, karena sesungguhnya Anda belum pernah melihat kedua-duanya?Tahukah Anda, betapa kata-kata, kalimat-kalimat, sesungguhnya begitu tulus, jernih, murni dan netral, lalu kitalah yang memberikan makna-makna, tafsiran-tafsiran sesuai pengalaman kita, sesuai cara pandang subyektif kita, sikap dan nilai-nilai pribadi kita, sesuai konteks fisiologis dan psikologis kita, bahkan sesuai dengan gender kita. Begitulah kehidupan kita sehari-hari, dalam hitungan waktu dan ukuran ruang, kita sibuk memaknai kata-kata, kalimat-kalimat sesuai dengan diri kita sendiri.Saya menjadi teringat dengan kata-kata seorang filosof eksistensialis, Kierkeegard, ia mengatakan, ” Bukan individu yang melahirkan kata-kata, tetapi kata-katalah yang melahirkan individu”. Saya rasa ada benarnya juga, karena kata-kata yang kita maknai secara pribadi itulah yang kemudian membentuk kita.Lalu dalam konteks kehidupan kita sebagai da’i, alangkah sering segala pemaknaanItu kita lakukan dan acapkali jika kita tidak menjaga jarak yang obyektif terhadapnya maka kita akan terpuruk pada prasangka, terjerumus pada ketakutan, kekhawatiran, terjerat pada kesedihan, sebab kita membiarkan kata-kata meringkus kita menjadi kerdil dan sempit. Ketika kita mendengar kata-kata tidak enak dari anak-anak kita misalnya, ”Uh,ummi nakal, aku tidak sayang ummi” kita akan menjadi sedih dan kecewa, karena kita memaknainya dengan penolakan, ketidakcintaan dan mungkin kebencian. Kita lupa bahwa si anak memiliki konteks fisiologis, psikologis, dan cara berpikir sendiri yang tidak bisa dilepaskan yang tidak bisa dilepaskan dari ruang dan waktu.Sebaliknya, jika kita cukup cerdas, boleh jadi kita akan menggunakan keajaiban pemaknaan kata-kata itu sebagai sarana diplomasi dan perang pemikiran. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW ketika ia ditanya oleh seorang kafir, ”Min aina anta?” Rasulullah menjawab, ”Min maa’”. Jawaban yang cerdik dan genial bukan? Seberapa luas pemaknaan maa’ (air) dibanding jika Rasul menjawabnya dengan menyebut nama kota. Maa’ bisa berarti air, bisa berarti nama kota yang terkenal banyak air (Irak), atau Maa’ bisa berarti air kehidupan, sebab Rasulullah adalah manusia yang tercipta dari air laki-laki dan wanita.Saya jadi teringat lagi kepada Diogenes seorang tokoh dari kaum sinis dan stoik yang hidup di dalam tong bersama sebuah tongkat dan sepotong roti, pada suatu hari saat ia sedang berjemur sinar matahari saat Alexander Agung datang mengunjunginya dan bertanya kepadanya tentang apa-apa yang diperlukannya, ia menjawab, ”Bergeserlah sedikit, Anda menghalangi sinar matahari”. Haha. Kebahagiaan begitu sulit dicuri darinya, bukan? Sebagaimana sulitnya mencuri kebahagiaan milik Ibn Taimiyah yang ketika ia dipenjara ia berkata, ”Apa yang bisa raja-raja diambil dariku? Sesungguhnya tamanku ada di dalam hatiku”Demikianlah kita, disebabkan kedangkalan kita terhadap makna-makna, kita sering memberikan tafsir secara harafiah, profan dan meringkus potensi positif kita sendiri. Boleh jadi, pandangan untuk mencapai kondisi jiwa yang sehat ala para psikolog timur ada benarnya, ”Bersikaplah netral terhadap apa saja yang muncul dan hilanglah dalam arus kesadaran”

Tak Sekedar Bahagia

Katakanlah : Salamun'alaikum bima shabartum, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra'd : 34)
Menemukan kalimat itu dalam Al'Quran membuatku tergugu. Tersadar akan sebuah keniscayaan yang nyaris pupus kuresapi. Ya, keniscayaan akan janjiNYA. Sampai di sini aku memutuskan untuk berhenti memikirkan yang tidak perlu, memikirkan kebahagiaan diri sendiri yang pada dasarnya adalah wujud keegoan tak bertepi dan gambaran keterpercaan pilah-pilah ambisi duniawi.
Rabbi...bukankah Engkau tidak pernah mengingkari janji selama aku berpegangan erat padaMU. Maka bila melonggar genggam eratku, eratkanlah kembali. Satu hal yang terlupakan bahwa bahagia berarti bisa bermanfaat bagi orang lain. Ah, bukankah ketika memutuskan menjadi muslimah seutuhnya, azzam itu tlah terpatri. Maka jangan sampai ia terlepas hanya karena jalanan yang licin dan membuat tergelincir. Lelah...pastilah ada, sebab itu konsekuensi memilih jalan mendaki. Luka...kemungkinan yang wajar sebab berjalan di antara duri. Sepi...kadangkala ada, sebab adakalanya jalanan harus dilalui sendiri. Layu....pun sesuatu yang wajar bila dehidrasi setelah mengitari jalan panjang tak bertepi. Tapi begitulah jalan yang kupilih, bukan jalan raya yang penuh lampu-lampu taman, tapi jalan sukar, berduri dan mendaki. Tapi kuyakin di ujung sana: surga menanti. Rabbi, sampaikan aku ke sana menemuiMU.
Aku tahu Engkau saja yang berdaulat atas semesta, maka padaMU aku meminta kokohkanlah langkah ini. Izinkan hati yang lapang membentang maaf, menjadi milikku. Izinkan samudera Qalbu yang luas menjadi milikku tuk hadapi segenap tantangan, uji dan coba. Aku percaya... Engkau tidak akan memberi kesulitan lebih dari yang ku mampu.

Kamu Sudah Tahu, Maka Komitmenlah

dakwatuna.com - Segala puji hanya bagi-Mu, ya Allah. Kepada-Mu segala yang ada di langit dan di bumi bertasbih dengan tidak mengenal lelah, jenuh, dan jemu. Maha Suci Engkau, Ya Allah. Engkaulah yang mensucikan hati-hati hamba-Mu sesuai dengan kehendak-Mu.
Wahai diriku.…

Kamis, 31 Juli 2008

Ayah Jangan Marah

Ayah, pagi yang indah bukan?
Maka Ayah jangan marah pada hujan.
Karena setelah ini pasti ada pelangi.
Lihat aku, Ayah.
Tetap tersenyum menatap hujan...
lalu bermain di bawah rintiknya seperti dulu,
saat kecilku,
saat engkau ajarkan padaku agar kuat hadapi badai.
Agar tangguh diguyur deras.
Maka jangan menangis, Ayah.
Lihat aku, tetap melangkah menyapa hari.
Seperti katamu, kuatlah jalani hidup.
Hidup yang akan berarti bila berlapang hati.
Ayolah...
Ayah, aku rindu senyummu.
Jangan marah lagi pada hujan.
Bukankah hujan juga berkah?
Hanya saja kita sering lupa tuk menyadarinya.

Ayah... sebentar lagi Dhuha,
mari sama-sama kita lafazkan dzikir.
Lalu setelahnya kita tertawa penuh syukur
bahwa DIA masih menjaga kita hari ini.
Aku sayaaaaaaaaaaang sekali pada Ayah,
maka Ayah jangan marah.
Maafkan bila kugores luka pada hatimu berkali-kali,
tapi suatu saat Ayah akan melihat pelangi yang indah setelah hujan.
Ayah, jangan marah lagi.
Mari kita tuliskan kembali sejuta cita-cita indah untuk nanti,
yang akan membuat Ayah bangga.
Sudahlah, kita lupakan hujan deras tadi malam.
Ayah, jangan marah...
Bukankah sekarang hujan juga sudah reda?

Dongeng tak bertuan

Biarlah,
tetap saja melangkah
sampai lelah...
nanti juga akan kita temui jalan
tuk lebih arif artikan hidup
dan lebih bijak tapakkan kaki

Biarlah,
bila sekarang mengusung gamang
dalam bimbang...
nanti juga kau akan tahu
bahwa ada saatnya kita harus memilih
bukan yang sebaiknya kita pilih
tapi yang terbaik dalam pilihanNYA

Biarlah,
sementara ini aku di sini
menuliskan cerita-cerita tak bertuan
tentang dongeng si kancil
yang berlari kian kemari
lalu tercebur di kolam hingga tenggelam

Biarlah,
kita lihat saja nanti
kemana jalan ini berakhir.

Rabu, 30 Juli 2008

Senja Itu Jingga,

Jogja terlihat merah dalam tatapku kala itu
Seketika merona putih saat air wudhu
membasuh semburat wajahmu yang letih…
Dan kerlingmu yang ‘tabah’ tak bisa kulupa
Meski senyummu masih saja bicara
tentang inginmu tuk bahasakan krama
Aku mengerti,
Bahwa dadamu buncah tangis
Sebab sekerat beban menoreh payah langkahmu
Aku hanya bisa menepuk pundakmu dalam sekantung doa
Agar kita mampu tuntaskan amanah
Aku bangga padamu
‘sabarlah’
Kita memang sedang belajar dewasa
Menjadi orang tua
Dan,
Senja jadi jingga dalam tatapku
Ketika matahari sempurna kembali
Mari, kita pulang dulu
Hempaskan penat.

Kamis, 24 Juli 2008

MEMBUMI

“Tulisan non-fiksi adalah mata air tulisan fiksi.” (Herry Nurdi, aktivis FLP dan penulis)Salah satu pelajaran penting yang saya dapat selama “nyantri” di suatu writing group yang memproduksi skenario sinetron komedi (sitkom) adalah bagaimana membuat dialog yang realistis dan membumi. Aris Nugraha, sang mentor yang juga bidan sitkom Bajaj Bajuri selalu menekankan– terkadang bahkan “mencela” dengan gayanya yang khas — agar setiap dialog bernas dan sesuai dengan realita. Seorang rekan pernah disentilnya karena menuliskan dialog wong cilik dengan bahasa Indonesia dan diksi yang baku persis guru bahasa Indonesia di zaman SMP.
“Masak tukang becak ngomongnya filosofis banget!” semprotnya. “Yang realistislah!”
selengkapnya....http://www.penulislepas.com/v2/?p=880

Selasa, 22 Juli 2008

MARI KITA LANJUTKAN YANG TERSISA

Katakan saja, kita sedang berlari
barangkali terlalu cepat
dan kita lelah
tak mengapa...
bukan hal sia-sia
jeda ini kembali kita nikmati
membaca ulang perjalanan
menarik nafas...
menghembuskannya perlahan
dan kita kembali berjalan
sampai selesai
mari,
kita kuatkan hati
tuntaskan yang tersisa
dengan semua yang kita punya
Paling tidak, besok kita bisa berkata
bahwa kita sudah berupaya
dengan sangat keras.
....
kesia-siaanpun ternyata bukan hal yang sia-sia bukan?
tatkala kita menerimanya dengan lapang dada.
mari,
kita lanjutkan

KRITIS

Jangan kaburkan lagi
bening tatapku, Tuhan
meski berat tapakku terangkat
berjejak-jejak dalam penat
juga harap tak bernama
'kesudahan' yang entah

pias kebisingan itu berderak-derak di telinga
menggoda heningku tuk luruh
letih mencerna inginMU
inginku, aku lari
sejauh mungkin jika bisa
inginku, kusudahi
dan biar tak ada, jika bisa

Ya, Hafidz...
genggam aku dalam penjagaanMU
agar ku tak lari lebih jauh
agar ku lanjutkan sampai tuntas
agar tertunaikan janji
tuk bersetia padaMU
berjalan dalam takdirMU

Ya Mujibu...
perkenankan aku
sampai pada kehendakMU
tanpa luka,

Yaa Rahmaan
Lihat aku
hanya berderai air mata
kokohkanlah kembali beting hatiku
menangkup do'a penuh kepasrahan

sejauh apa lagi ?

Jumat, 18 Juli 2008

Renungan Kematian

Rabbi...begitu mudahnya Engkau mengambil jika Engkau menghendaki. Rasanya baru kemarin melihatnya tertawa saat mengantar keberangkatan kami. Aku sempat bercanda dengannya. "Duh, kalau mati lampu gini, cuma wajah Dini yang bersinar, soalnya paling bening.. hehe". Lalu ketika hari ini mendapatinya terbujur kaku masih dengan wajah beningnya...airmataku bukan lagia gerimis tapi deras. Anak sebelia itu sudah kembali ke pangkuanNYA. Innalillahi wa inna lillahi rajiuun.

Berdebam-debam di hati rasanya setiap detik kematian bisa datang kapan saja, terlepas siap atau tidak siap diri kita menghadapinya. Lalu berapa lama lagi sisa usiaku? seketika membentang sederet amanah yang terlalaikan, tanggung jawab yang belum terselesaikan, janji yang belum tertunaikan, hutang yang belum terbayarkan... Rasanya jika boleh meminta, Tuhan...jangan dulu panggil aku kembali saat ini dan beri kesempatan untukku menyelesaikan segalanya.
Kematian.
Sesuatu yang pasti terjadi.
Tuhan...aku hanya sedang menghitung-hitung betapa ternyata bekalku belum cukup untuk menemuiMU.

Selasa, 15 Juli 2008

Begitulah kata-kata, menunjukkan siapa dirimu...

Untuk seorang teman yang memiliki hati seluas samudra, tulisan ini kurakit. Kurasa kali ini aku sepakat denganmu bahwa segala yang ditakdirkanNYA untuk kita dapati dalam akehidupan adalah bagian dari kecintaanNYA kepada kita. Seperti saat aku mendapati selarik tulisanmu. Tulisan sederhana yang ditulis oleh seorang ibu di sela-sela kesibukannya. Dan aku mendapati ternyata begitu banyak orang baik di sekitarku.
pagi tadi aku baru saja tersadar betapa banyak ternyata kemudahan yang disiapkan Allah bagiku ketika kebingunngan membuatku nyaris tak bisa tidur tadi malam. Ketika pagi tadi aku memutuskan datang saja ke kantor, sapaan hangat langsung kudapati dari hampir semua rekan yang kutemui.
Next....

Minggu, 06 Juli 2008

KACA YANG BERDEBU


Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah

Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Nanti ia mudah keruh dan ternoda

Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran

Lemah-lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah bila ia tersalah
Namun janganlah lukai hatinya

Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang berdebu
Semoga kau temukan dirinya
Bercahayakan iman

BANGKITLAH NEGERIKU

Bangkitlah Negriku
Album : Ini Langkahku
Munsyid : Shoutul Harakah
http://liriknasyid.com

Tatap tegaklah masa depan
Tersenyumlah tuk kehidupan
Dengan cinta dan sejuta asa
Bersama membangun Indonesia
Pegang teguhlah kebenaran
Buang jauh nafsu angkara
Berkorban dengan jiwa dan raga
Untuk tegaknya keadilan
Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku jalan itu masih terbentang
Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku jalan itu masih terbentang
Selama matahari bersinar
Selama kita terus berjuang
Selama kita satu berpadu
Jayalah negeriku jayalah!...

Jogja in My Heart


Jika saya ditanya tentang sebuah tempat yang selalu saya rindukan, maka tempat itu adalah Jogja. Tempat yang selalu membuat saya ingin kembali kemari, seperti hari ini ketika saya berada di sini, di Jogja. Ada kegetiran luar biasa setiap kali menghitung hari-hari bahwa saya harus kembali pulang, kembali bekerja, kembali dengan segudang aktivitas yang akan membuat waktu demikian cepat bergulir secepat saya berlari. Dan begitulah kerinduan itu akan terus mengalir seperti rutinitas saya.


Jika kemudian orang-orang mengatakan kepada saya, bukankah di manapun adalah bumi Allah hingga setiap tempat harus kita syukuri...ya, saya akan menyepakatinya. Tapi kemudian akan saya katakan, Zainab Al Ghazali pun mengatakan bahwa seseorang selalu mengalami dua kali kelahiran dalam hidupnya, dan tempat kelahiran saya yang kedua adalah Jogja.

Ada sejuta alasan yang membuat saya mencintai Jogja. Ada ribuan orang yang saya ingin temui di Jogja. Ribuan pelajaran...ribuan cinta...ribuan kenangan...ribuan hal yang ingin saya lakukan....ingin saya kunjungi...ingin saya kenang...ribuan makna yang akan selalu saya dapati di sini, dengan siapa pun saya bertemu, saya berbicara atau bahkan sekedar saya sapa sekilas di sini. Bahkan ketika menyaksikan ketulusan seorang kakek tua yang mengayuh becak, zikir pun seketika terucap. Atau ketika berbicara dengan krama inggil kepada penjual sayur, dan saya akan mendapati keramahan yang luar biasa, membasahi kerontang dada saya akan sebuah tutur yang susah sekali saya dapati di tempat saya. Bukan berarti tidak ada orang-orang santun dan baik yang saya temui di tempat saya, tapi kesantunan dan kebaikan yang berbeda. Ya, terlalu banyak pelajaran indah yang saya dapati di sini. Pelajaran indah tentang hidup...perjuangan...persaudaraan dan pengharapan.

Dan begitulah hari ini ketika membaca tiket pesawat yang sudah ada di tangan saya. Enggan sekali rasanya untuk pulang. Terbayang rutinitas, pekerjaan, aktivitas, demikian kompleks dan harapan-harapan tak berujung. Rabbana.... tapi hidup adalah sebuah perjalanan. Seperti yang saya dapati dalam perjalanan singkat saya kali ini di Jogja. Demikian terasa bahwa 'hidup itu adalah berjalan menuju kematian'. saya bayangkan ketika saya kembali kepada rutinitas saya, saya seolah berlari kencang menuju titik akhir perjalanan saya, hanya saja kemudian di sela-sela langkah-langkah saya ada banyak hal yang harus saya lewati satu demi satu.

Ya, Jogja in My Heart. Setidaknya, saya selalu mengingat kelahiran kedua saya di sini ketika Allah membimbing saya menuju satu jalan yang pasti menujuNya. Barangkali itu adalah satu hal yang harus saya syukuri. Bahwa ada banyak hal indah yang dititipkanNya pada saya lewat kerinduan saya akan Jogja.

Rabu, 02 Juli 2008

Bahasa Jiwa

Bahasa Jiwa
Album : Bahasa jiwa
Munsyid : Maidany
http://liriknasyid.com





Tidak semua manusia mengerti s'gala perasaan yang ada di hati kita
Tidak pula dapat selalu memahami gejolak jiwa yang ada di dalam diri kita

Janganlah selalu mengharapkan orang lain harus mengerti
akan perasaanmu walaupun ia adalah sahabat karibmu sendiri

Kar'na perasaan adalah bahasa hati yang dapat berubah di setiap waktu
Hari ini ia adalah orang yang sangat mengerti akan perasaan hatimu
Mungkin esok ia adalah orang yang paling tidak memahamimu
Janganlah memaksa kar'na saudaramu juga hanyalah seorang manusia biasa

Cukuplah hanya Allah tempat mencurahkan segala isi yang ada di hati kita dan menumpahkan segala perasaan yang ada di jiwa

Tidak semua manusia mengerti s'gala perasaan yang ada di hati kita

PUISI CINTA GELANDANGAN


Jangan terlalu banyak bicara,
sebab kata-kata itu sampah.

Seperti kita, bagi mereka
yang bicara banyak sekali tentang 'sampah'

Jangan terlalu banyak berharap,
sebab harapan itu kemarau panjang

seperti kita, bagi mereka
yang membakar hutan-hutan

Jangan terlalu sering bermimpi,
sebab mimpi itu basi

seperti nasi yang kita makan tadi pagi
bagi mereka yang makan roti luar negeri

Jangan banyak bercerita,
sebab cerita itu mimpi masa lalu

seperti kita, bagi mereka
yang berkelana dari negeri ke negeri

Mereka sedang bertanya-tanya tentang rumah kita,
kata mereka kita sampah
lalu mereka bicara banyak sekali tentang desain ibukota
mereka bereharap banyak sekali tentang rumah masa depan
mereka bermimpi banyak sekali tentang dunia
mereka makan banyak sekali mimpi-mimpi basi
Lalu kita pun lelap dalam tidur panjang kita
bermimpi tentang surga
yang tidak pernah kita dapati di sini,
surga....
yang teramat indah
seperti yang mereka beri
dari tangan-tangan sebagian mereka yang memberi kita
sesuap nasi yang hangat kemarin sore
seperti senyum sebagian mereka yang memberi kita
belaian doa dan wajah-wajah cinta
kata mereka yang wangi kesturi
'surga itu ada dalam kesabaran yang teramat panjang'

Jumat, 27 Juni 2008

Vredeburg





Senin, 23 Juni 2008

KONTEMPLASI KEHILANGAN

Kehilangan,

itu berarti sebuah peringatan
bahwa ada yang salah dalam hidup kita
Kehilangan,
itu berarti sebuah instrospeksi
bahwa ada yang harus dibenahi
Kehilangan,
itu berarti kita harus memperbaiki
langkah-langkah kita selama ini

Kehilangan
itu berarti kembali berjalan rapi
Dan kehilangan itu berarti
siap untuk tidak kembali kehilangan


sebab...
Kehilangan hanya akan ada
jika kita pernah merasa memiliki


Siapa kita?
Hanya orang yang meminjam titipanNYA


PRAMBANAN IN REHABILITAZION... PRAMBANAN IN KOMTEMPLASION

Ini dia fotografernya...
My Sweety sister. I love you so much...

Hunting bule di Prambanan. She is from Belgium..
Banyak yang hancur namun tetap bertahan

Ada yang tetap tegak di antara yang telah tumbang

Yang renta, yang tetap gigih berjalan

Naik delman istimewa adik-adikku pergi ke Prambanan
Barangkali dalam tatapannya masih ada harapan...
Yang tegak berdiri di antara perbaikan




Yogyakarta Hari Ini

Sagan Resto pada malam hari
salah satu sudut kota Yogyakarta
Minggu pagi di GSP UGM. What do you thing about it???
Souvenir yang dijual di Prambanan Temple
Salah satu pojok Prambanan. Kontras banget dengan hiruk pikuk pengunjungnya???

Jumat, 20 Juni 2008

Yesterday, Today and Tommorrow

Aku mencoba memaknai arti dari belajar yang sebenarnya
Belajar dari segalanya
Belajar dari kekalahan dan kemenangan
Belajar dari kesuksesan dan kegagalan
Belajar dari mencintai dan membenci
Belajar dari kesenangan dan kekecewaan
Belajar dari sukacita dan kemarahan
Belajar dari tawa dan airmata
Belajar dari memiliki dan kehilangan
Belajar dari persahabatan dan pertengkaran
Belajar dari persaudaraan dan perceraian
Belajar dari dukungan dan pertentangan
Belajar dari pertemuan dan perpisahan
Belajar dari masa lalu, kini dan masa depan
Belajar dari kelahiran, kehidupan dan kematian
Ya, aku memang sedang belajar...
belajar untuk mengerti tentang
kemarin (testerday)
hari ini (today)
dan esok (tommorow)
Lalu aku kembali menemukan
sebuah perjalanan panjang menuju satu titik
KEMATIAN

Saudaraku…..


Seandainya dunia ini ….
hanya punya satu kata untukmu
maka kata itu adalah mujahid
Seandainya hati ini…..
hanya punya satu rasa untukmu
maka rasa itu adalah
mencintaimu karena-Nya
Seandainya jiwa ini…..
hanya punya satu harap untukmu
maka harap itu adalah
kau bersabar meniti jalan
bersama para penyeru kebenaran
Seandainya lisan ini….
hanya mampu mengucap satu doa
maka doa itu adalah
moga Ia akhirkan kita
dengan jihad fi sabilillah
Seandainya dada ini berdegup….
hanya karena satu sebab
maka sebab itu adalah
kerinduan berjumpa dengan-Nya
dan berkumpul bersamamu
dalam jannah-Nya yang abadi

Mencintai Itu Keputusan

http://futuh.wordpress.com/2008/06/19/mencintai-itu-keputusan/

Mencintai Itu Keputusan

Rabu, 18 Juni 2008

MILITANSI

Tatkala Allah SWT memberikan perintah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas, Ia tak hanya menyuruh mereka untuk taat melaksanakannya melainkan juga harus mengambilnya dengan quwwah yang bermakna jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.

Sejarah telah diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang sungguh-sungguh. Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan berangan-angan. Dunia diisi dan dimenangkan oleh orang-orang yang merealisir cita-cita, harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah (kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad

http://menantisyahid.blogspot.com/2008/06/militansi.html

SANG MURABBY

Merangkum hati yang terserak
Menggenggam yang terlepas
Meretas gagasan menjadi kenyataan
Menapak jejak tak tergoyahkan
Menatap dengan kesejukan
Menegur dalam cinta
Bersemangat namun syahdu
Diiring doa sunyi
Kami rindu
Haus dahaga tak terperi
Pada sosoknya
Sang murabbi yang dicintai
Masihkah ada?...
http://menantisyahid.blogspot.com/search/label/InitehRefleksi

KEMATIAN HATI

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukankekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segerapergi.Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datangsekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpapenghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanyapada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpaitu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyapditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perutkarena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimutak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baikorang-orang berhati jernih. Bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abidlagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.
Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH,jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka. Janganlah Engkau hukumaku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka",ucapnya lirih.Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orangberamal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagianmenyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangatbanyak.Ada juga orang yang sama sekali tak pernah beramal tetapi merasa banyakamal dan menyalahkan orang yang beramal karena kekurangan atauketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalahdan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengankata. Dimana kau letakkan dirimu ?Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitukerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makinbertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasagentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehinggagetarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usiaberkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepadaALLAH, dimana kau kubur dia ?Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbukalewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung.Ini potret negerimu: 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 respondenusia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setujuremaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifisperempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atauberdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktuyang tak diperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh".Betapa jamaknya 'dosa-2 kecil' itu dalam hatimu.Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat 'TV Thaghut'menyiarkan segala 'kesombongan jahiliyah dan maksiat' ? Saat engkau muntahmelihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukungustadzmu yang mengatakan "Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuandan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton aktingmereka tidak dilaknat ?"Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak palinglantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami. Sesudah itu urusantinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana ?Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justruengkau akan dihadang tantangan sangat malu untuk menahan tanganmu darijabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yangberbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilahpertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harusmengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, makapada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnyainhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salahmelangkah lebih dulu. Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nyamembayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menitsebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang.Lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itusaksiku" dan sesudah itu segalanya selesai. Berlalu tanpa rasa bersalah?Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorangperempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karenakedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayahkandung dan ayah mertua". Akankah engkau juga menambah barisan kebingunganummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kaufikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuhke lembah yang sama?Apa beda seorang remaja yang menzinahi teman sekolahnya dengan seorang alimyang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkanpenghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat merekayang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir?Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini?Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.Tengoklah langkah mereka di mall. Betapa besar sumbangan mereka kepadamodernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food,semata-mata karena nuansa "westernnya".Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minumanhalal itu, dengan perasaan "Lihatlah, betapa Amerikanya aku".Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkaupunya harga diri.
(penulis adalah Ketua MPP Partai Keadilan/Ketua Yayasan Iqro'

DOA

saudaraku... sadarkah bahwa
3 BULAN LAGI RAMADHAN

Do'a
Album : Ramadhan

Munsyid : Izzatul Islam
http://liriknasyid.com

*)Ku kais rohmat Illahi

Di tengah gelap sunyi
Adukan lemah diriTiada daya dan kuasa
Di agungnya asama-Mu


Allah langkah yang di depan
Arung berlandaskan iman
Tanpa iman tak ada kedamaian
Tanpa agama tiada anti duania
Kehidupan tanpa agama

Fana berkepanjangan

Allah tanjapkan di dada
Rasa takut kan murka-Mu
Biarkan jihad bersemayam di diri
Akan kujemput kesyahidan dengannya
Menuju jannah-Mu yang kekal
Indahnya kehidupan


back to *)

Allah amanah dari-Mu
Tegaknya al-Islam dien-Mu
Ialah tekad pada sang Romadhonku
Kesungguhan kekuatan mengembannya
Di tengah kilau duniaPalsuan kehidupan
Walau rasa di dada
Memuncak akan duka
Ketetes air mata
Keharuan jiwaKu bersiap diri


Berazzam di hati
Hapadi kehidupan
Penuh rintangan
Menoreh kerinduanback to *)
(ending)

I LIKE MONDAY

Orientasi seseorang untuk bekerja terkadang menimbulkan akibat yang membawa kepada kejenuhan di dalam bekerja, tahukah anda bahwa orang-orang yang bekerja dengan ambisi hanya menumpuk kekayaan saja atau demi mempertahankan hidupnya akan dihinggapi kejenuhan ini ? anda tentu tidak asing lagi dengan kalimat I dont like Monday, namun alasan apa sebenarnya yang membuat kalimat ini seakan-akan selalu muncul dalam benak para pekerja ?. Alasan klasik yang sering mengemuka adalah karena rutinitas yang begitu seringnya berlangsung atau karena terbawa oleh suasana hari Ahad ( libur ) yang lalu. Semua itu berasal dari teori kaum Materialisme dan Kapitalisme dimana titik tolak mereka dalam meneliti sikap manusia hanya didasari pada sesuatu yang terlihat nyata dan rasional.http://www.penulislepas.com/v2/?p=827

Jogja...wait me

--------------------------->>>>>>>>>>>>>>

Rabu, 11 Juni 2008

AKHIR...ITU...

Beberapa tahun yang lalu seorang teman pernah mengatakan pada saya: Yang namanya akhir itu adalah ketika kita sudah menemui ajal.
Ketika itu saya sempat menyesalkan keputusan yang diambilnya yang menurut saya sama sekali tidak masuk akal. Keputusan yang membuat banyak orang kehilangannya.Tapi saya pun tidak punya kuasa apapun untuk mencegah.
Seorang rekan yang lain juga pernah mengatakan pada saya ketika saya berpamitan pulang ke Riau dan menitipkan adik saya padanya. Dia mengatakan : HANYA KEPADA ALLAH KITATITIPKAN DIRI, CINTA DAN HATI.
Beberapa saatsetelah itu handphonenya tidak bisa saya hubungi lagi. Kabar yang saya dengar "Dia sudah meninggal karena sakit".
MasyaAllah...banyak sekali pelajaran yangsaya dapatkan dari kata-kata bijak orang-orangdi sekitar saya.
Kalimat itu masih sering berpendar-pendar dalam pemikiran saya ketika saya menemui berbagai masalah yang rumit dalam kehidupan saya.
Kali ini, saya bisa mengatakan sesuatu ketika saya baru saja menyelesaikan satu hal lagi dalam hidup saya yang tidak sesuai dengan harapan saya. Sungguh...ternyata saya tidak perlu berduka cita atas apa pun yang menimpa saya ketika saya sudah menjalankan semua prosedur dengan cara yang dikehendakiNYA. Kali ini saya bisa mengatakan bahwa : Barangkali saya telah selesai dalam satu hal, tapi ini sama sekali bukanlah akhir dari segalanya. Sebab hidup adalah penyelesaian satu demi satu peristiwa kehidupan menempuh takdirNYA hingga kehidupan itu berakhir karenaNYA, olehNYA dan untukNYA. Betapa tidak berdayanya kita dihadapan kekuasaan ALLAH... tetapi betapa penyayangnyaALLAH senantiasa menguatkan kita, memberi kita kehidupan, memberi kita kebahagiaan dengan kesabaran, kesyukuran dan keridhoan. Saya rasa...saya adalah orang yang berbahagia mencintaiNYA dan merasa dicintaiNYA.

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?