Mencoba memaknai hari-hari

Jumat, 15 Februari 2008

Ketika Sedih Mencacah Jiwa

Jangan mengharapkan kesenangan dalam perjuangan penuh pengorbanan.
jangan dendam berpanjangan, maafkanlah kesalahan insan.
Jadilah rumput yang lemah lembut, tak luruh dipukul ribut.
Bagaikan karang dilaiutan, tak terusik dilanda badai...
Entah bagaimana, jika diperhatikan ketika sedih mencacah jiwa, selalu ada hiburan-hiburan kecil tak terduga yang dihadirkan Allah untuk kita. Entah itu kehadiran teman-teman lama, SMS dari orang-orang yang pernah hilang, atau hal-hal sederhana yang kita temui di sekitar. Bahkan terkadang sekedar mengingatkan tentang selarik semangat yang pernah mewarnai perjuangan.
Hidup memang tak selalu indah, langit tak selalu cerah. Begitu kata Hijjaz dalam 'Lukisan Alam'nya. Terkadang ada saatnya dimana kita begitu bersemangat hinga produktifitas kita melejit dahsyat bahkan surplus. Seakan-akan semua energi yang kita miliki bisa dioptimalkan, senyum selalu merekah, selalu ada sapaan hangat, selera berkomunikasi dengan siapa pun membaik, ibadah meningkat, target-target amal yaumiyah tercapai, pokoknya semua berjalan nyaris sempurna.
Ada pula saatnya ketika fluktuasi kemimanan menurun, semangat layu, produktifitas menyusut tajam, jadi malas ngapa-ngapain, hilang mood dan semua terasa hambar. Seakan-akan apa yang ada di sekitar kita tidak ada yang pas. Ibadah sunnah banyak terlalaikan, ibadah wajib kurang berkualitas dan tersebutlah kata futur untuk kondisi ini.
Demikianlah kehidupan. sebagaimana roda selalu berputar, keadaan kita pun mengalami pasang surut. Sampai pada saatnya kesadaran muncul kembali. Di mana ketika kita mendasarkan segalanya untuk dunia semata, maka akan mudah bagi kita untuk tumbang dan patah arang.
Tetapi ketika kita kembalikan harapan untuk disandatrkan kembali kepada Sang Pemilik Kekuasaan Yang Maha Berkehendak, maka segalanya pasti akan stabil.
Intinya, tenang saja menjalani kehidupan. Ridho dengan ketentuanNya dan senantiasa berkhusnudzon kepadaNya. Allah sebagaimana persangkaan hambaNya. Apa yang terjadi di luaran hanyalah proses dalam menempuh takdirNya. Tugas kita hanya menjalankan bagian kita dengan sabar dan tawakkal sembari terus berikhtiar dan mengarahkan seluruh doa-doa kita hanya padaNya. Sebagaimana lanjutan syair nasyidnya Hijjaz..
Dalam diam, taburkanlah baktimu
dalam tenang, kuburkanlah amarahmu
Suburkanlah sifat sabar, di dalam jiwamu...
Begitulah ajaranNya membimbing perjalanan hidup kita agar kita menjadi mulia dan beradap sebagai manusia.
(Tembilahan, Pebruari 2008)

Tidak ada komentar:

My Favourite Film

  • The Message
  • Vertical Limit
  • Turtle can Fly
  • The Kite Runner
  • The Purshuit of Happynes
  • Ie Grand Voyage
  • Sang Murabby

My Favourite Books

  • Tetralogi Laskar Pelangi
  • A Thousand Splendid Suns
  • The Kite Runner

Acara TV Favourite

  • Akhirnya Datang Juga
  • Wisata Kuliner
  • Cinta Fitri, hehehe
  • e-Lifestyle
  • Padamu Negeri
  • Apa Kabar Indonesia
  • Kick Andy
  • Todays Dialogue
  • The nanny 911

Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?