PENDIDIK; TIDAK SEKEDAR TRANSFORMASI ILMU
Oleh : Rivana Usgianti, S.Si
Tulisan ini didedikasikan untuk anda yang merasa sebagai pendidik.
Dunia hari ini menyajikan paradoks kehidupan yang memprihatinkan. Ketika peradaban dunia menuju kepada satu pola kehidupan yang perlahan-lahan melenyapkan etika dan nilai-nilai religius, pada saat yang sama sistem pendidikan yang berkembang adalah sistem pendidikan sektarian yang sangat materialis. Transformasi pendidikan berjalan tanpa dimotori oleh konsep yang jelas akan hakikat pendidikan itu sendiri sehingga yang terlahir adalah manusia-manusia yang kehilangan konsep diri, minus nilai kemanusiaan. Terkadang mereka memberikan perlakuan yang berlebihan pada satu sisi tetapi di sisi lain diabaikan sama sekali. Mereka seolah-olah berputar pada poros pembahasan yang serba material.
Sebenarnya bukan hal yang mengherankan jika banyak di antara mereka yang hanya mampu hidup sekedar mempertahankan hidup, mempertahankan diri sekedar agar tidak mati. Ya, gambaran yang serupa dengan binatang melata, sebuah perumpamaan di dalam Al-Qur’an bagi manusia yang tidak memiliki konsep diri yang jelas. Kondisi ini terlahir dari banyak sebab, salah satunya adalah karena faktor kericuhan dalam sistem pendidikan sendiri. Dan jika mau jujur, bukankah sistem pendidikan di Indonesia adalah juga sistem pendidikan materialis bahkan cenderung hedonis? Orientasinya hanya kepada aspek bendawi tanpa mengkaji nilai-nilai moral dan religius yang pada dasarnya merupakan petikan nilai teragung yang mesti ditransformasikan juga melalui pendidik.
Mengubah sistem yang telah menyelubungi bangsa ini bukanlah hal yang mudah, terlebih jika merunut pada diri sendiri sebagai pribadi pendidik. Perlu sebuah kesadaran dari diri si pendidik untuk memberikan terapi dalam aktivitas mendidik dan mengajar mereka. Sebagai seorang insan pendidikan, saya tidak lantas merasa sangat pantas mendakwakan kritik karena yang melekat pada diri saya pun jauh dari sebuah kemapanan. Tetapi pendapat saya ini lebih menjadi pandangan yang boleh saja mengundang pro kontra anda; para pembaca atau; para pendidik. Antara anda yang idealis dan anda yang praktis atau mungkin juga anda yang simbolis.
Menyitir pendapat Mukti Sanjya, S.Pd dalam salah satu tulisannya tentang karakter guru dalam buletin dinas pendidikan, saya sepakat sekali bahwa sudah semestinya seorang pendidik memiliki karakter cemerlang dan mewariskan keteladanan. Dan memang, sudah semestinya perbaikan itu dimulai dari si pendidik sendiri.
Guru sebagai seorang pendidik sama sekali berbeda dengan seorang pembaca berita yang sekedar menyampaikan informasi demi informasi. Maka menjadi guru semestinya tidak sekedar transformasi ilmu. Ada tugas besar yang mendasar bagi seorang pendidik (dalam bidang apa pun) yaitu bagaimana mengendalikan objek didiknya kepada visi hidup yang lebih baik. Maka, anda para pendidik: jangan salahkan siapa-siapa bila objek didik menjadi tidak matng dalam hidup dan cenderung beringas.
Berikut sebuah ilusi tentang seorang pendidik yang terekam dalam pemahaman saya.
Bukankah semua bermula dari ‘TARBIYAH’ ?
Pendidik adalah orang yang menyadari keagungan, ketinggian dan kemuliaan jalan tarbiyah (mendidik). Seperti Rasulullah SAW yang mentarbiyah para sahabat dan shahabiyah, maka menjadi pendidik adalah pewaris generasi Rabbani, pewaris jalan kenabian. Sehingga; Penyelewengan misi pendidikan adalah penghianatan terhadap agama.
Pendidik adalah para pengayuh perahu kecerdasan menuju muara keikhlasan. Mereka mengetahui orientasi yang jelas tentang ‘tarbiyah’ yang semestinya. Tidak terdapat padanya ghurur (bangga diri), riya (mengharap popularitas) meski dengan menjadi pendidik berarti siap menjadi selebritis kampus, siap dkritik, siap dipuji, siap digosipin, bahkan siap mendapat julukan khusus dari objek didik. Menjadi sia-sia semua tindakan seorang guru bila peran ‘hati’ ditiadakan dalam transfer ilmu.
Pendidik adalah aplikator manajemen massa, kebijakan publik bagi anak-anak didiknya. Ia mengetahui metode terbaik dalam menyampaikan dan mengenali ruang lingkup amanahnya.
Pendidik adalah jendela ilmu yang siap dibentang oleh objek didiknya. Maka menjadi guru memang harus cerdas.
Pendidik adalah teladan yang mentransfer kesebangunan, keselarasan, kecocokan antara keyakinan dan perkataan serta perbuatannya. Maka menjadi pendidik mesti melenyapkan kemunafikan.
Pendidik bukan eksekutor yang memaksakan penjejalan tugas selaksa gunung yang tidak mungkin dikerjakan objek didiknya. Maka pendidik adalah sahabat yang memahami kesulitan objek didiknya dan semestinya bertabur kebijaksanaan dalam dirinya.
Pendidik adalah gambaran kedisiplinan, wujud keteraturan sholat lima waktu dan kerapian wudhu. Ia selalu hadir tepat waktu, komitmen terhadap perannya dan efektif dalam memberikan pemahaman.
Pendidik adalah bingkai kebaikan yang selalu mengucurkan pesan dan kesan moral pada butir-butir perkataannya, menelurkan akhlak mulia dalam kesabarannya dan mengijinkan kharismanya menjadi penyejuk hati bagi objek didiknya.
Maka kesimpulannya, pendidik di jaman ini adalah anak panah kemuliaan yang siap dilejitkan untuk membenahi kebobrokan moral, kemiskinan ilmu dan kehancuran akhlak. Sesungguhnya, kita semua adalah para pendidik. Pendidik bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi orang-orang terdekat, bagi masyarakat dan khusus anda yang berprofesi sebagai pendidik sejati, berbahagialah sebab mendidik adalah mata air yang mengalirkan kebaikan, yang menentukan akan kemana ‘orang-orang besar’ negeri ini kelak akan berdiri, menghantarkan kemana langkah mereka akan diayun, dan mempersiapkan kata-kata apa yang akan mereka pertanggungjawabkan. Semoga peran kecil kita memiliki nilai berharga di hadapanNya. (Rieve)
Mencoba memaknai hari-hari
Jumat, 01 Februari 2008
MENDIDIK; TIDAK SEKEDAR TRANSFORMASI ILMU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MULTI INFO
My Favourite Film
- The Message
- Vertical Limit
- Turtle can Fly
- The Kite Runner
- The Purshuit of Happynes
- Ie Grand Voyage
- Sang Murabby
My Favourite Books
- Tetralogi Laskar Pelangi
- A Thousand Splendid Suns
- The Kite Runner
Acara TV Favourite
- Akhirnya Datang Juga
- Wisata Kuliner
- Cinta Fitri, hehehe
- e-Lifestyle
- Padamu Negeri
- Apa Kabar Indonesia
- Kick Andy
- Todays Dialogue
- The nanny 911
Tidak ada komentar:
Posting Komentar